Pada Kamis (7 November 2024), bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Langkah ini membawa suku bunga ke kisaran target baru, yaitu 4,5%-4,75%. Keputusan tersebut diambil secara bulat oleh para anggota Federal Open Market Committee (FOMC), menandakan bahwa The Fed sepakat untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Dalam pernyataannya, The Fed menyebut kini kondisi pasar tenaga kerja mulai melonggar. Tingkat pengangguran memang mengalami sedikit kenaikan, tapi masih berada di level rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap cukup kuat, meskipun mulai kehilangan momentum.
Inflasi juga menjadi sorotan utama. The Fed menyampaikan inflasi semakin mendekati target 2%. Namun, mereka mengakui angka tersebut masih sedikit lebih tinggi daripada yang diinginkan. Pernyataan ini menjadi perhatian penting karena menunjukkan tekanan harga yang mulai mereda, meskipun belum sepenuhnya sesuai harapan.
Ada perubahan menarik dalam pernyataan The Fed kali ini. Mereka menghapus ungkapan mengenai “kemajuan lebih lanjut” dalam inflasi. Selain itu, mereka juga tidak lagi menyebut bahwa komite memiliki “kepercayaan lebih besar” terhadap inflasi yang akan mencapai target 2% secara berkelanjutan. Hal ini mencerminkan sikap yang lebih hati-hati terhadap prospek inflasi ke depan.
The Fed menegaskan risiko terhadap tujuan kebijakan mereka, yaitu menjaga stabilitas inflasi dan pasar tenaga kerja, masih dalam kondisi seimbang. Hal ini berarti, meskipun ada tantangan, mereka merasa langkah yang diambil sudah sesuai untuk mendukung perekonomian.
Pemangkasan suku bunga ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tengah perlambatan global dan tekanan inflasi yang mulai mereda. Kebijakan ini juga diharapkan dapat memberikan stimulus bagi dunia usaha dan rumah tangga melalui biaya pinjaman yang lebih rendah.
Menurut para ekonom di Bloomberg, pemangkasan suku bunga The Fed memiliki dampak signifikan pada pasar obligasi global, termasuk Indonesia.
Penurunan imbal hasil obligasi AS: Dengan suku bunga yang lebih rendah, imbal hasil obligasi AS (Treasuries) cenderung turun. Hal ini dapat meningkatkan daya tarik obligasi di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Investor global kemungkinan akan mencari obligasi Indonesia sebagai alternatif untuk meningkatkan return.
Penguatan pasar obligasi Indonesia: Permintaan yang lebih tinggi atas obligasi Indonesia dapat menyebabkan penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) dan meningkatkan harga obligasi domestik. Hal ini juga akan membantu pemerintah dalam pembiayaan utang dengan biaya yang lebih murah.
Dampak pada nilai tukar rupiah: Aliran modal masuk ke obligasi Indonesia berpotensi menguatkan nilai tukar rupiah. Namun, investor tetap akan mencermati langkah Bank Indonesia terkait kebijakan suku bunga domestik untuk menjaga daya saing imbal hasil.
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga memiliki implikasi pada pasar saham, terutama di negara berkembang seperti Indonesia menurut para ekonomi di Bloomberg.
Sentimen positif di pasar saham: Penurunan suku bunga The Fed umumnya meningkatkan likuiditas global. Dana-dana besar seperti hedge funds dan institutional investors cenderung masuk ke pasar saham di negara berkembang, termasuk IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Dengan ekspektasi likuiditas yang lebih longgar, saham-saham berkapitalisasi besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, kemungkinan akan mendapat aliran dana asing.
Sektor yang diuntungkan: Sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti properti dan infrastruktur bisa mendapatkan sentimen positif. Saham properti cenderung naik karena biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendorong penjualan properti.
Di bawah ini merupakan reksa dana obligasi yang telah turun secara total return lebih dari 0,2% dalam 1 bulan terakhir.
Syailendra Fixed Income Fund Kelas A
Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara
Ashmore Dana Obligasi Nusantara
Manulife Obligasi Negara Indonesia II
Mandiri Investa Dana Obligasi II
Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang turun signifikan secara total return lebih dari 5% dalam 1 bulan terakhir.
BNI-AM Pefindo i-Grade
BNI-AM IDX Pefindo Prime Bank
Ashmore Dana Ekuitas Nusantara
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A
BNI-AM Indeks IDX 30
BNI-AM IDX High Dividend 20
BNI-AM Sri-Kehati
Ashmore Digital Equity Sustainable Fund