Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia sepanjang 2024 tumbuh sebesar 5,03% secara tahunan (yoy).
Meski stabil, angka ini lebih rendah daripada target pemerintah sebesar 5,2% dan juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 2023 yang mencapai 5,05%.
Dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan lapangan usaha, sektor industri pengolahan atau manufaktur tetap menjadi yang terbesar dengan kontribusi 18,98%. Sektor lainnya yang memiliki peran besar dalam perekonomian adalah:
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (13,07%),
pertanian, kehutanan, dan perikanan (12,61%),
konstruksi (10,09%), dan
pertambangan dan penggalian (9,15%).
Kelima sektor ini secara total menyumbang 63,90% terhadap perekonomian Indonesia.
Jika melihat pertumbuhan ekonomi per sektor, lapangan usaha jasa lainnya mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 9,8%. Sektor-sektor lain yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah:
transportasi dan pergudangan (8,69%),
penyediaan akomodasi dan makanan minuman (8,56%),
industri manufaktur (4,43%),
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (4,86%), serta
pertanian, kehutanan, dan perikanan (0,67%).
Meskipun industri manufaktur memiliki kontribusi terbesar dalam PDB, pertumbuhannya masih di bawah 5%. Hal ini menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih kuat untuk mendorong sektor ini.
Ekonomi Indonesia sepanjang 2024 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi 54,04% terhadap total PDB. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,94%, didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat yang mendorong belanja transportasi, komunikasi, restoran, dan hotel.
Komponen pengeluaran lain yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi, di antaranya adalah sebagai berikut.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 29,15% dari total PDB, tumbuh 4,61%
Konsumsi Pemerintah – memberikan kontribusi pertumbuhan 0,48%
Berdasarkan sumber pertumbuhan, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama dengan kontribusi 2,6% terhadap pertumbuhan ekonomi 2024.
Pada kuartal IV tahun 2024, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% dibanding kuartal IV 2023, dan 0,53% dibanding kuartal III 2024. Pola ini sejalan dengan tren musiman, yang mana kuartal IV biasanya lebih tinggi daripada kuartal III. Namun, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan kuartal IV 2023 yang mencapai 5,04%.
Besaran PDB kuartal IV 2024:
Atas dasar harga berlaku senilai Rp5.674,9 triliun
Atas dasar harga konstan senilai Rp3.296,7 triliun
Sejak awal berbagai pihak sudah memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh di bawah 5,1% pada 2024. Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan para ekonom memproyeksikan angka pertumbuhan lebih rendah karena berbagai faktor, di antaranya sebagai berikut.
Sektor industri masih tumbuh rendah, hanya 3–4% dalam beberapa tahun terakhir.
Fenomena El Nino menyebabkan kekeringan dan kenaikan harga pangan.
Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, menunda penurunan suku bunga, menyebabkan aliran modal keluar dan pelemahan rupiah.
Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 akan berada di bawah titik tengah proyeksi 4,7–5,5%, atau sekitar 5,1%.
Sementara itu, Ekonom Senior INDEF, Didik J. Rachbini, menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stagnan di 5% karena kurangnya kebijakan untuk memperkuat sektor industri. Menurutnya, tanpa strategi reindustrialisasi yang kuat, sulit bagi Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 tetap stabil di 5,03%, meski lebih rendah dari target pemerintah. Konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pertumbuhan, sementara sektor industri dan investasi perlu dorongan lebih besar agar dapat mencapai target yang lebih ambisius di masa depan.
Dengan berbagai tantangan global dan domestik, strategi ekonomi yang lebih inovatif diperlukan agar Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.