Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat pada Kuartal III Tahun 2024

writter Lanjar Nafi

Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi terendah dalam setahun pada kuartal III tahun 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB) hanya meningkat 4,95% secara tahunan (y/y), sedikit di bawah ekspektasi ekonom yang memproyeksikan pertumbuhan sebesar 5,00%. Prediksi ini sempat bervariasi di kalangan analis, dengan kisaran antara 4,80% hingga 5,13%.

Sektor Manufaktur Menjadi Andalan Pertumbuhan

Sektor manufaktur kembali menjadi motor penggerak utama bagi ekonomi Indonesia. Hal tersebut menunjukkan peran penting industri ini dalam menyerap tenaga kerja dan menghasilkan produk bernilai tambah.

Sektor konstruksi juga berperan signifikan, didorong oleh proyek-proyek infrastruktur besar, termasuk pembangunan ibu kota negara baru, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN). Sektor ritel serta informasi dan komunikasi juga mencatatkan kontribusi yang kuat, sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat dan kebutuhan akan teknologi.

Konsumsi Rumah Tangga Menguat

Sebagai salah satu pilar utama ekonomi Indonesia, konsumsi rumah tangga, mencatat pertumbuhan sebesar 4,91% y/y. Masyarakat tampak lebih optimis berbelanja, terutama di sektor perhotelan, restoran, serta transportasi. Penjualan sepeda motor dan jumlah penumpang perjalanan turut meningkat, menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga, meskipun ada tekanan dari kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok.

Belanja Pemerintah Tetap Solid

Belanja pemerintah meningkat 4,62% y/y pada kuartal III ini, yang menjadi elemen penting untuk menopang pertumbuhan di tengah perlambatan sektor-sektor tertentu. Peningkatan ini didorong berbagai proyek pembangunan dan program sosial yang diluncurkan pemerintah.

Dalam periode yang sama, investasi melalui pembentukan modal tetap bruto juga tumbuh 5,15%; yang didorong oleh proyek infrastruktur seperti jalan tol dan IKN, belanja modal pemerintah, serta peningkatan impor barang modal.

Ekspor Melonjak dengan Kinerja yang Solid

Dalam sektor perdagangan luar negeri, ekspor Indonesia tumbuh impresif sebesar 9,09% y/y. Peningkatan ini sebagian besar didukung oleh kenaikan ekspor bahan bakar mineral, komponen elektronik, kendaraan, dan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara.

Kehadiran wisatawan asing tidak hanya meningkatkan penerimaan devisa; tapi juga membuka lapangan kerja di sektor perhotelan, kuliner, dan pariwisata, memberikan dampak positif bagi ekonomi domestik.

Tingkat Pengangguran Menurun, Tapi Pekerja Penuh Waktu Berkurang

Di sisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran turun menjadi 4,91% pada Agustus 2024 (dibandingkan 5,32% pada tahun lalu). Jumlah pengangguran juga menurun dari 7,86 juta menjadi 7,47 juta orang. Namun, jumlah pekerja penuh waktu—yakni mereka yang bekerja 35 jam atau lebih per minggu—tercatat menurun menjadi 68,06%, dari 68,92% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya potensi pergeseran ke pekerjaan paruh waktu, yang mungkin menunjukkan adanya tantangan dalam pasar tenaga kerja penuh waktu.

Apa yang Bisa Diharapkan pada Kuartal Berikutnya?

Bloomberg Economic beranggapan pertumbuhan yang melambat pada kuartal III ini menjadi sinyal bagi pemerintah dan pelaku ekonomi untuk semakin waspada. Meski konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah tetap kuat, tantangan global seperti ketidakpastian ekonomi dunia dan fluktuasi harga komoditas dapat memengaruhi kinerja ekonomi nasional ke depan. Proyek-proyek besar seperti IKN dan jalan tol diharapkan terus berlanjut untuk mendukung pertumbuhan, serta kebijakan yang tepat dalam meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru.

Dengan tetap berfokus pada sektor-sektor kunci dan menjaga stabilitas ekonomi, Indonesia dapat menghadapi kuartal IV dengan lebih optimis. Pertumbuhan ekonomi yang solid akan sangat bergantung pada upaya kolektif dalam menjaga konsumsi, investasi, dan ekspor sebagai penggerak utama ekonomi sambil terus memantau perubahan di pasar global.

Di bawah ini merupakan reksa dana obligasi yang memiki total return lebih dari 3% dalam 6 bulan terakhir per 04 November 2024.

  • BNI-AM Teakwood

  • Syailendra Pendapatan Tetap Premium

  • BNP Paribas Prima II Kelas RK1

  • Ashmore Dana Obligasi Nusantara

  • Syailendra Fixed Income Fund Kelas A

  • Mandiri Investa Dana Obligasi II

Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang memiki total return lebih dari 5% dalam 3 bulan terakhir per 4 November 2024.

  • Manulife Saham Andalan

  • Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A

  • Manulife Dana Saham Kelas A

  • BNI-AM Indeks IDX Growth 30

  • Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A

  • Ashmore Dana Progresif Nusantara

  • Schroder 90 Plus Equity Fund

  • BNI-AM IDX High Dividend 20


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.