Indonesia kembali mencatatkan surplus dalam neraca perdagangannya, yaitu mencapai US$2,39 miliar pada Juni 2024 yang datanya rilis 15 Juli 2024. Meskipun terjadi peningkatan impor sebesar 7,58% dibanding tahun lalu, ekspor juga menunjukkan pertumbuhan meskipun moderat. Hal ini menandai bulan ke-50 berturut-turut Indonesia mencatatkan surplus perdagangan, sebuah prestasi yang konsisten tapi tidak mencapai rekor terlama yang pernah tercatat.
Nilai ekspor Indonesia bulan Juni 2024 mencapai US$20,84 miliar, mengalami kenaikan 1,17% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, secara bulanan ekspor turun 6,65% dibandingkan Mei 2024, dipengaruhi terutama oleh penurunan ekspor biji logam dan komoditas terkait lainnya. Sektor nonmigas tetap menjadi pendorong utama dengan kontribusi signifikan dari ekspor besi dan baja, nikel, serta tembaga.
Impor Indonesia pada Juni 2024 mencapai US$18,45 miliar, naik 7,58% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, impor nonmigas mengalami penurunan 8,83% dari bulan sebelumnya, menunjukkan variasi dalam kebutuhan barang modal dan konsumsi dari luar negeri. Sektor migas, yang meliputi hasil minyak dan gas, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, mengimbangi penurunan sektor nonmigas.
Meskipun neraca perdagangan Indonesia tetap surplus, tantangan seperti perlambatan ekonomi global dan volatilitas harga komoditas dapat memengaruhi pertumbuhan ekspor pada bulan-bulan mendatang. Strategi untuk meningkatkan nilai tambah produk ekspor, diversifikasi pasar tujuan, serta pengelolaan risiko impor migas akan menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan perdagangan Indonesia ke depan.
Dengan demikian, meskipun terdapat beberapa tantangan, pencapaian surplus perdagangan Indonesia selama 50 bulan berturut-turut menunjukkan ketahanan ekonomi yang penting dalam menghadapi dinamika global yang berubah-ubah.
Di bawah ini merupakan beberapa dampak yang mungkin terjadi merespons data neraca perdagangan Indonesia tersebut.
Surplus perdagangan bisa meningkatkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Berbagai saham perusahaan yang tergantung pada ekspor, seperti produsen komoditas atau manufaktur yang dominan dalam ekspor, berpeluang mengalami penguatan.
Keseimbangan perdagangan yang baik dapat memengaruhi valuasi perusahaan secara positif, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang terkait langsung dengan sektor ekspor maupun impor dan Investor asing juga akan memperhatikan neraca perdagangan sebagai indikasi potensial bagi stabilitas mata uang dan kondisi makroekonomi.
Artikel ini disusun berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, yang diumumkan pada 15 Juli 2024, mencerminkan kondisi perdagangan internasional dan ekonomi nasional saat ini.
DiĀ bawah ini merupakan reksa dana saham yang telah menguat lebih dari 7% dalam 1 bulan terakhir per NAV 12 Juli 2024.
Ashmore Digital Equity Sustainable Fund
Ashmore Saham Dinamis Nusantara
BNP Paribas Pesona
Ashmore Dana Ekuitas Nusantara
Ashmore Dana Progresif Nusantara
Manulife Dana Saham Kelas A
Manulife Saham Andalan