Mayoritas indeks utama di pasar saham Amerika Serikat (AS) menguat, didorong oleh kinerja cemerlang saham-saham teknologi. Beberapa perusahaan cloud melaporkan hasil pendapatan kuartal III yang melampaui ekspektasi analis, bahkan meningkatkan proyeksi pendapatan tahunan mereka. Hal ini membuat sejumlah saham teknologi mencatat rekor tertinggi baru.
Sentimen positif juga diperkuat oleh prediksi optimis dari perusahaan seperti Lululemon Athletica dan data ketenagakerjaan AS yang dirilis menjelang akhir pekan. Data ini memperkuat keyakinan investor kalau Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga, yang mana bisa membuka peluang pertumbuhan pasar yang lebih kuat.
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat tambahan 227.000 lapangan kerja di sektor non-pertanian pada November, melampaui perkiraan ekonom yang memproyeksikan kenaikan 200.000. Namun, tingkat pengangguran sedikit naik menjadi 4,2%. Meski lapangan kerja bertambah, rata-rata pertumbuhan bulanan kini berada di bawah 150.000—level yang dinilai kurang untuk mengimbangi pertumbuhan populasi.
Optimisme pasar tampaknya akan terus berlanjut, didukung oleh data solid dari sektor teknologi dan prospek suku bunga yang lebih rendah. Investor kini fokus pada rilis data tambahan untuk memperkuat strategi investasi mereka.
Pasar saham Eropa menikmati pekan yang penuh optimisme dengan mayoritas indeks utama mencatatkan kenaikan. Sentimen positif ini dipicu oleh harapan terhadap pengesahan anggaran baru di beberapa negara, meskipun ketidakpastian politik terus membayangi. Langkah-langkah pemerintah yang berupaya menstabilkan fiskal dan mendorong pertumbuhan ekonomi mendapat sambutan baik dari para investor.
Selain itu, laporan pekerjaan AS yang solid menambah optimisme tentang prospek ekonomi global dan memberi dorongan pada pasar Eropa, dengan ekspektasi bahwa pemulihan ekonomi global dapat lebih stabil.
Sorotan pekan ini adalah indeks DAX Jerman yang berhasil menembus level psikologis 20.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pencapaian ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap daya tahan ekonomi Jerman meskipun di tengah tantangan global yang berat.
Para pelaku pasar kini fokus terhadap kebijakan fiskal dan perkembangan ekonomi di seluruh Eropa, termasuk kemungkinan disetujuinya anggaran baru yang dapat memperkuat kawasan. Optimisme ini diharapkan menjadi landasan bagi penguatan lebih lanjut di pasar saham Eropa.
Indeks utama di Asia mengakhiri pekan dengan penguatan signifikan, didorong oleh tanda-tanda pemulihan ekonomi di Tiongkok. Data menunjukkan aktivitas pabrik di negara tersebut meningkat pada November, mencerminkan dampak positif dari rangkaian stimulus yang diterapkan Beijing sejak September. Meskipun ancaman ketegangan perdagangan global—termasuk komentar dari mantan Presiden AS Donald Trump—sempat membayangi, sentimen pasar tetap didominasi optimisme dari data ekonomi yang solid.
Laporan PMI manufaktur Caixin/S&P Global menjadi sorotan utama. Angka PMI melonjak ke 51,5 (dari 50,3 pada Oktober), jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar 50,5. Level ini merupakan yang tertinggi sejak Juni, menandakan ekspansi di sektor manufaktur Tiongkok. Survei resmi pemerintah juga mendukung temuan ini dengan angka PMI manufaktur berada pada level tertinggi dalam 7 bulan terakhir.
Kenaikan tersebut menunjukkan kebijakan stimulus mulai memberikan hasil nyata, memperkuat kepercayaan investor terhadap prospek pemulihan ekonomi Tiongkok. Namun, pasar tetap waspada terhadap ketidakpastian global yang mungkin muncul dari meningkatnya tensi perdagangan internasional.
Dengan momentum positif ini, pasar Asia berpeluang melanjutkan tren penguatan, bergantung pada stabilitas kebijakan di Tiongkok dan perkembangan dinamika perdagangan global.
Selama pekan terakhir, pasar saham Indonesia menunjukkan performa yang solid, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 3,77% dan Indeks LQ45 naik 2,23%. Sentimen positif ini didorong oleh aksi beli investor yang memanfaatkan momentum undervalue pada banyak saham setelah mengalami pelemahan selama beberapa bulan terakhir. Saham-saham yang dianggap murah menjadi incaran, mendorong optimisme di pasar.
Namun, di sisi lain, pasar obligasi Indonesia masih tertekan oleh penguatan dolar AS terhadap rupiah. Kondisi ini memberikan tekanan pada aset-aset berdenominasi rupiah, termasuk obligasi. Kekhawatiran investor juga meningkat terkait kemungkinan langkah kebijakan Bank Indonesia (BI) ke depan.
Meskipun data inflasi Indonesia tetap terkendali dan aktivitas manufaktur mengalami kontraksi, pasar tetap skeptis BI akan memangkas suku bunga secara agresif. Spekulasi ini diperkuat oleh ketidakpastian kebijakan moneter AS yang berpotensi mempertahankan tekanan pada rupiah dan obligasi domestik.
Penguatan dolar AS tak hanya berdampak pada pasar obligasi, tetapi juga menimbulkan risiko kenaikan biaya pinjaman pemerintah Indonesia. Dengan tekanan yang masih tinggi pada mata uang rupiah, ditambah ekspektasi kenaikan suku bunga AS, pasar obligasi Indonesia menghadapi ketidakpastian besar yang memengaruhi pergerakannya ke depan.
Sementara IHSG mencatatkan kinerja cemerlang, dinamika di pasar obligasi menunjukkan bahwa tantangan makro-ekonomi dan arah kebijakan moneter global tetap menjadi perhatian utama bagi investor.
Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang turun lebih dari 5% dalam 3 bulan terakhir per 6 Desember 2024 berdasarkan total return.
BNI-AM Pefindo i-Grade
BNI-AM IDX Pefindo Prime Bank
BNI-AM Sri-Kehati
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A
BNI-AM IDX High Dividend 20
BNI-AM Indeks IDX Growth 30
BNI-AM Indeks IDX 30