Pencalonan Bessent meredakan kekhawatiran fiskal tentang kemungkinan tarif baru, yang mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi menjelang pemilu. Selain itu, risalah rapat Federal Reserve pada 6-7 November menunjukkan para pejabat sepakat untuk tidak memberikan arahan konkret mengenai arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat. Pendekatan ini diterima positif oleh pasar saham, memberikan dorongan tambahan selama pekan perdagangan terakhir.
Pada sesi perdagangan singkat Black Friday, indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatat rekor penutupan tertinggi. Penguatan ini didukung oleh kenaikan saham teknologi, terutama Nvidia yang naik 2%.
Sektor teknologi informasi menjadi pendorong utama kenaikan S&P 500 dan Dow, sementara saham sektor industri juga memberikan kontribusi. Di sisi lain, saham Tesla melonjak tajam, yaitu naik 3,7%.
Dari data ekonomi, Data Personal Spending dan Personal Consumptions Expenditure AS mengalami perlambatan sesuai ekspektasi. Hal tersebut memberikan tingkat inflasi yang masih dapat dikendalikan.
Musim belanja liburan yang dimulai pada Black Friday turut menjadikan sektor ritel sebagai perhatian utama investor. Optimisme terhadap kebijakan pro-bisnis yang diharapkan dari pemerintahan Trump semakin memperkuat sentimen pasar.
Kebijakan tersebut diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan laba perusahaan. Namun, kekhawatiran tetap ada, terutama terkait potensi inflasi yang bisa memperlambat pemangkasan suku bunga oleh The Fed serta menekan pertumbuhan ekonomi global. Dengan latar belakang tersebut, pasar selama sepekan terus mencermati perkembangan kebijakan fiskal dan moneter sebagai faktor utama yang memengaruhi arah investasi ke depan.
Terjadi pelemahan saham pabrikan otomotif karena ancaman tarif Donald Trump terhadap sejumlah mitra dagang terbesar AS menjadi beban pergerakan pasar saham di Eropa, yang mana juga jadi kekhawatiran tentang perang dagang global lainnya.
Presiden terpilih Asm, Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari, berencana mengenakan tarif 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta mengenakan “tarif tambahan 10% di atas tarif tambahan apa pun” terhadap Tiongkok. Sektor otomotif diperkirakan menjadi salah satu yang paling terpukul di bawah tarif Trump.
Meski ada tekanan tersebut, indeks acuan Stoxx 600 Eropa berhasil mengakhiri pekan dengan catatan positif. Hal ini didukung oleh reli di sektor teknologi, sementara investor terus memantau laporan inflasi zona Euro untuk menilai kemungkinan langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Bank Sentral Eropa pada Desember ini.
Di sisi lain, indeks CAC 40 Prancis mencatat performa buruk di antara bursa utama Eropa, baik dalam pekan maupun bulan terakhir. Ketidakpastian politik di Prancis menjadi salah satu faktor utama.
Perdana Menteri Michel Barnier membatalkan rencana kenaikan pajak listrik dalam anggaran 2025 setelah menghadapi tekanan dari kelompok sayap kanan. Krisis anggaran ini mendorong biaya pinjaman Prancis melonjak hingga setara dengan Yunani, sebuah pencapaian yang tidak biasa, pada Kamis lalu.
Sementara itu, data inflasi Prancis untuk November menunjukkan sedikit kenaikan sesuai perkiraan, tetapi penjualan ritel Jerman pada Oktober turun lebih tajam daripada yang sudah diantisipasi. Kondisi ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi di kawasan Eropa, yang terus menjadi perhatian para investor ke depan.
Pasar saham Asia memulai pekan dengan performa yang bervariasi; tertekan kekhawatiran terkait tarif perdagangan dan ketidakpastian kebijakan AS terhadap Tiongkok.
Sentimen pasar memburuk menyusul laporan bahwa keuntungan industri Tiongkok anjlok 10% pada Oktober lalu dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Namun, menjelang akhir pekan, sentimen mulai membaik setelah muncul laporan AS sedang mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap industri cip Tiongkok. Salah satu perkecualian dari daftar pembatasan ekspor AS adalah ChangXin Memory Technologies, perusahaan yang berfokus pada pengembangan teknologi chip memori berbasis kecerdasan buatan (AI)—menurut laporan Bloomberg News.
Meski demikian, ketegangan perdagangan tetap menjadi perhatian. Juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, He Yadong, menegaskan Tiongkok siap mengambil “tindakan yang diperlukan” untuk melindungi perusahaan domestiknya jika AS terus meningkatkan langkah-langkah pengendalian ekspor cip.
Ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini terus menjadi faktor kunci yang memengaruhi pasar Asia, dengan sektor teknologi menjadi pusat perhatian investor. Perkembangan lebih lanjut dalam hubungan perdagangan AS-Tiongkok akan menjadi indikator utama arah pergerakan pasar regional ke depan.
Pasar saham Indonesia mencatat pelemahan pada mayoritas indeks utamanya sepanjang pekan lalu, dibayangi oleh sentimen negatif terkait perang dagang global, prospek kebijakan dovish The Fed yang mulai berkurang, dan libur pemilihan umum yang memperlambat aktivitas perdagangan. Kombinasi faktor eksternal dan internal ini menjadi katalis utama yang menekan pasar ekuitas domestik.
Sektor teknologi, energi, dan material dasar menjadi yang paling terdampak selama sepekan, mencatat penurunan tajam. Kekhawatiran investor terhadap dampak lanjutan dari tarif AS terhadap Tiongkok menciptakan ketidakpastian dalam iklim bisnis, terutama pada sektor-sektor yang memiliki keterkaitan erat dengan rantai pasok global dan perdagangan internasional. Sektor yang biasanya menjadi motor penggerak pasar tersebut kini tertekan oleh kekhawatiran terhadap ketegangan perdagangan yang dapat menghambat inovasi dan investasi.
Sementara itu, di pasar obligasi, sentimen investor terlihat lebih optimistis. Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun tetap stabil, yang mencerminkan permintaan yang kuat dari investor domestik maupun asing. Stabilitas ini juga didukung oleh pergerakan nilai tukar rupiah yang relatif tidak banyak berfluktuasi selama pekan tersebut.
Kepercayaan terhadap pasar obligasi ini menunjukkan bahwa meskipun sektor ekuitas menghadapi tekanan, aset-aset berpendapatan tetap tetap menjadi pilihan yang menarik di tengah ketidakpastian global. Selain itu, upaya Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter dan fiskal juga memberikan dukungan terhadap pasar obligasi dan nilai tukar rupiah.
Selanjutnya dalam pekan ini pasar saham Indonesia akan terus mencermati perkembangan hubungan perdagangan AS-Tiongkok, kebijakan moneter global, dan dinamika politik domestik. Investor juga akan memperhatikan data ekonomi makro Indonesia seperti tingkat inflasi dan kinerja sektor manufaktur untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai prospek pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global yang terus berkembang.
Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang turun lebih dari 5% selama bulan November 2024 berdasarkan total return.
Ashmore Saham Dinamis Nusantara
BNI-AM Pefindo i-Grade
Ashmore Dana Progresif Nusantara
BNI-AM IDX Pefindo Prime Bank
BNI-AM Indeks IDX 30
Ashmore Dana Ekuitas Nusantara
Ashmore Digital Equity Sustainable Fund
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A
BNI-AM Indeks IDX Growth 30
BNI-AM IDX High Dividend 20