Pada November 2024, Bank Indonesia (BI) merilis hasil survei konsumen yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi. Hal ini tecermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat pada angka 125,9; lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 121,1. Peningkatan ini menandakan konsumen semakin percaya diri terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Optimisme ini didorong oleh 2 indikator penting, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
IEK untuk November 2024 tercatat sebesar 113,5, mengalami kenaikan dibandingkan 109,9 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK mencatat angka 138,3, yang juga lebih tinggi dibandingkan 132,4 pada Oktober 2024.
Kenaikan kedua indeks ini terjadi di seluruh komponen pembentuknya, mencerminkan persepsi positif konsumen baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi ke depan.
Kinerja penjualan eceran di Indonesia juga diperkirakan mengalami kenaikan pada November 2024. Berdasarkan prediksi, Indeks Penjualan Riil (IPR) akan mencapai 211,5; mencatatkan pertumbuhan 1,7% secara tahunan (yoy).
Meskipun pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan September 2024 yang mencapai 4,8% (yoy), peningkatan tersebut menunjukkan adanya perbaikan. Penjualan eceran terutama didorong oleh kenaikan permintaan pada Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.
Secara bulanan, diperkirakan penjualan eceran akan tumbuh 0,4% (month-to-month/mtm), berbalik dari kontraksi 0,01% (mtm) pada Oktober 2024. Perbaikan ini didorong oleh penjualan Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, dan Subkelompok Sandang.
Untuk bulan Oktober 2024, IPR tercatat pada angka 210,6; mengalami pertumbuhan 1,5% (yoy). Meskipun lebih rendah dibandingkan September 2024, pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan penjualan dalam beberapa kelompok, termasuk Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Subkelompok Sandang.
Secara bulanan, penjualan eceran mengalami kontraksi sebesar 0,01% (mtm), sebuah perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi 2,5% (mtm). Meningkatnya penjualan di beberapa sektor didukung oleh kelancaran distribusi dan permintaan yang tetap stabil.
Dari sisi harga, tekanan inflasi untuk 3 bulan ke depan pada Januari 2025 diperkirakan akan meningkat. Hal ini tecermin dalam Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Januari 2025 yang diprediksi mencapai 157,8—lebih tinggi dibandingkan IEH pada periode sebelumnya (152,6). Kenaikan ini diperkirakan karena curah hujan tinggi yang dapat memengaruhi produksi dan distribusi barang.
Namun, kondisi berbeda diprediksi terjadi pada April 2025. IEH pada bulan tersebut diperkirakan mencapai 165,4—lebih rendah dibandingkan dengan 169,4 pada periode sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan normalisasi permintaan setelah periode Idulfitri, yang biasanya diikuti oleh penurunan tekanan inflasi.
Peningkatan keyakinan konsumen, bersama dengan proyeksi pertumbuhan penjualan eceran dan prospek inflasi yang terkendali, menunjukkan adanya optimisme dalam perekonomian Indonesia.
Meskipun terdapat tekanan inflasi jangka pendek, prospek ekonomi secara keseluruhan terlihat positif, dengan harapan pemulihan yang berkelanjutan di tengah tantangan global dan cuaca yang tidak menentu.
Pemerintah dan pelaku usaha diharapkan dapat terus memantau perkembangan ini untuk menjaga momentum pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia.