Fenomena Sell In May and Go Away kembali relevan di kalangan investor saham tahun ini, yang mana mencerminkan kecenderungan menjual saham pada bulan Mei sebagai antisipasi penurunan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Strategi ini didasarkan pada faktor musiman, bukan analisis fundamental atau teknikal.
Strategi Sell In May and Go Away menyarankan investor untuk menjauhi pasar saham selama periode tertentu, terutama pada bulan Mei. Alasan di balik strategi ini adalah asumsi bahwa bulan Mei sering kali didominasi oleh sentimen negatif, baik secara global maupun regional.
Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa IHSG cenderung mengalami pelemahan setiap bulan Mei. Rata-rata pelemahan sepanjang sejarah mencapai 1,80%. Berikut adalah beberapa contoh:
Mei 2023: IHSG turun 4,08%,
Mei 2022: IHSG turun 1,11%, dan
Mei 2021: IHSG turun 0,80%.
Tahun ini, IHSG terkoreksi tajam sepanjang sebesar 3,64%, didorong oleh aksi jual bersih investor asing sekitar Rp14 triliun.
Penurunan IHSG di bulan Mei dipicu oleh beberapa faktor sentimen negatif, seperti di bawah ini.
Pernyataan dari Federal Reserve: Pejabat tinggi Bank Sentral Amerika Serikat menunjukkan sikap hawkish terkait tingkat inflasi yang masih tinggi.
Kenaikan Imbal Hasil US Treasury: Yield US Treasury 10 tahun sempat menguat ke 4,614% dan tenor 2 tahun mendekati 5%. Kenaikan imbal hasil ini dipicu oleh sinyal hasil lelang US Treasury yang mencatat permintaan lemah.
Selain itu, penurunan harga komoditas global:
minyak WTI turun 4%,
batu bara ICE Newcastle (Australia) turun 2,59%, dan
harga emas hanya naik 0,68%.
Penurunan harga komoditas tersebut disebabkan oleh kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global di tengah tanda-tanda bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Meskipun strategi Sell In May and Go Away sering kali terbukti, penurunan harga saham pada bulan Mei dapat dimanfaatkan sebagai peluang membeli aset dengan harga lebih murah. Di bawah ini merupakan beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan:
Analisis Fundamental dan Teknis: Setelah penurunan di bulan Mei, lakukan analisis fundamental dan teknis untuk mengidentifikasi saham-saham yang undervalued dan memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.
Diversifikasi Portofolio: Manfaatkan penurunan harga untuk mendiversifikasi portofolio. Beli saham dari berbagai sektor untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi imbal hasil.
Investasi Bertahap: Pertimbangkan untuk melakukan investasi secara bertahap (dollar-cost averaging) untuk meminimalisasi risiko dan mendapatkan harga rata-rata yang lebih baik.
Fokus pada Dividen: Pilih saham yang memberikan dividen stabil. Saham-saham ini cenderung lebih tahan terhadap volatilitas pasar dan memberikan pendapatan pasif.
Pantau Sentimen Global: Tetap up-to-date dengan berita dan tren ekonomi global. Kebijakan dari bank sentral, perubahan dalam harga komoditas, dan perkembangan geopolitik dapat mempengaruhi pasar saham.
Fenomena Sell In May and Go Away kembali terbukti tahun ini dengan penurunan IHSG yang cukup tajam. Namun, penurunan ini juga memberikan peluang bagi investor untuk membeli aset dengan harga lebih murah. Dengan strategi investasi yang tepat seperti analisis fundamental dan teknis, diversifikasi portofolio, investasi bertahap, fokus pada dividen, serta pemantauan sentimen global; investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal.