Pada Rabu, 16 Oktober 2024, Bank Indonesia (BI) mengumumkan keputusan penting terkait kebijakan suku bunga acuannya. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia edisi Oktober 2024, Perry Warjiyo (Gubernur BI), menegaskan bahwa suku bunga acuan atau BI Rate tetap bertahan di level 6%.
Keputusan tersebut diambil untuk menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian pasar keuangan global, terutama yang dipicu oleh ketegangan geopolitik dan dinamika kebijakan moneter global.
Selain itu, suku bunga deposit facility tetap ditahan di 5,25%, sedangkan suku bunga lending facility berada di 6,75%. Langkah ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg, yang mana mayoritas dari 38 analis memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6%.
Meski demikian, terdapat beberapa dissenting opinions yang mengindikasikan potensi penurunan, mengingat 26,31% dari analis memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) hingga akhir tahun.
Keputusan untuk mempertahankan suku bunga ini dianggap sebagai langkah bijak untuk menghindari risiko keluarnya modal asing dari Indonesia, yang bisa memicu volatilitas lebih lanjut pada pasar keuangan. Dengan mempertahankan BI Rate di level 6%, BI memastikan stabilitas ekonomi dalam negeri tetap terjaga sambil memantau ketat situasi global.
BI menjelaskan ketidakpastian global semakin meningkat, terutama akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Eskalasi konflik ini telah berdampak signifikan terhadap pasar keuangan global; menambah ketidakpastian yang sudah dipicu oleh konvergensi kebijakan moneter negara maju.
Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat dengan angka 3,2% untuk tahun 2024. Meskipun inflasi global menunjukkan tren penurunan, hal ini berkontribusi pada kebijakan pelonggaran moneter di beberapa negara maju, termasuk Amerika Serikat (AS). Di AS, tingkat pengangguran terkini menunjukkan perbaikan, dan prospek inflasi yang lebih rendah mendorong ekspektasi pasar akan penurunan Federal Funds Rate (FFR) lebih cepat daripada perkiraan semula.
BI memprediksi The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya sebanyak 2 kali lagi tahun ini, yakni pada November dan Desember, masing-masing sebesar 25 basis poin. Dengan demikian, pemangkasan total pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 100 basis poin. Pada tahun 2025, pemangkasan suku bunga diperkirakan berlanjut dengan perkiraan 3 hingga 4 kali pemotongan, total sebesar 75 hingga 100 basis poin.
Namun, BI mengingatkan ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama di Timur Tengah, harus terus diwaspadai. Kondisi ini bisa memicu gelombang ketidakstabilan pasar yang lebih luas, termasuk volatilitas nilai tukar dan potensi keluarnya modal asing. BI akan terus berhati-hati dalam merumuskan kebijakan untuk memitigasi dampak dari ketidakpastian global ini, termasuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Hingga 15 Oktober 2024, rupiah tercatat melemah sebesar 2,28% secara point to point dibandingkan bulan sebelumnya. BI menjelaskan pelemahan ini disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Namun, pelemahan rupiah sepanjang tahun 2024 ini masih lebih kecil dibandingkan negara-negara lain. BI mencontohkan peso Filipina yang mengalami pelemahan sebesar 4,25%, dolar Taiwan melemah 4,58%, dan won Korea melemah sebesar 5,62%.
Menurut BI, rupiah diperkirakan akan kembali stabil seiring dengan naiknya imbal hasil investasi di Indonesia, rendahnya inflasi, serta prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap positif.
Sementara ketidakpastian global terus meningkat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2024 tetap kuat, didukung oleh permintaan domestik dan investasi yang stabil. BI mencatat konsumsi rumah tangga, terutama di kalangan kelas menengah ke atas, tetap terjaga. Selain itu, investasi tetap kuat, didorong oleh penyelesaian beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN), yang berkontribusi pada peningkatan belanja modal.
Di sisi ekspor, meskipun harga komoditas global menurun dan pertumbuhan ekonomi global melambat, ekspor nonmigas Indonesia tetap tumbuh positif. BI menegaskan kinerja ekspor ini menjadi salah satu penopang penting bagi perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global.
Untuk kuartal IV tahun 2024, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terus solid, terutama karena didorong oleh peningkatan investasi, membaiknya konsumsi rumah tangga, dan kenaikan belanja pemerintah pada akhir tahun.
Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 akan berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%. BI optimistis pertumbuhan ini akan meningkat pada tahun 2025, seiring dengan perbaikan kondisi global dan stabilitas ekonomi domestik yang tetap terjaga.
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, BI juga menetapkan target pertumbuhan kredit perbankan di kisaran 10% hingga 12% pada tahun 2024. BI menjelaskan pertumbuhan kredit ini didukung oleh perbaikan penyaluran kredit pada Oktober 2024 dibandingkan September, serta meningkatnya permintaan kredit dari sektor korporasi.
BI juga akan terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), yang bertujuan untuk mendorong peningkatan pembiayaan di sektor-sektor yang mendukung penciptaan lapangan kerja. Sektor-sektor yang menjadi fokus utama meliputi jasa dunia usaha, perdagangan, industri, pertambangan, dan pengangkutan.
Selain kebijakan suku bunga, BI juga memutuskan untuk memperpanjang kebijakan relaksasi loan to value (LTV) atau financing to value (FTV) untuk kredit properti hingga akhir tahun 2025. Kebijakan ini memungkinkan masyarakat untuk membeli rumah dengan uang muka (down payment) 0%. Perpanjangan kebijakan ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan kredit di sektor properti, yang merupakan salah satu sektor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Selain sektor properti, relaksasi uang muka untuk pembiayaan kendaraan bermotor juga diperpanjang hingga akhir 2025. Dengan demikian, masyarakat bisa membeli kendaraan dengan uang muka maksimal 10%. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong konsumsi dan pertumbuhan kredit pada sektor otomotif.
Di bawah ini merupakan reksa dana obligasi yang memiki total return lebih dari 3% sepanjang 2024 per 15 Oktober 2024.
BNI-AM Teakwood
Syailendra Pendapatan Tetap Premium
Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara
Manulife Pendapatan Bulanan II
BNP Paribas Prima II Kelas RK1
Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang memiki total return lebih dari 6% dalam 3 bulan terakhir per 15 Oktober 2024.
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A
Manulife Dana Saham Kelas A
BNI-AM Indeks IDX Growth 30
Schroder 90 Plus Equity Fund
Manulife Saham Andalan
BNI-AM IDX Pefindo Prime Bank
Ashmore Digital Equity Sustainable Fund