Tips Jenius Kenali Investasi Palsu, Biar Kamu Gak Tertipu

writter Nadya Warih

Bursa Efek Indonesia mencatat, jumlah investor pasar modal pada tahun 2021 mencapai 7,49 juta investor. Jumlah ini meningkat sekitar 1.950% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir!

Karena saat dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah investor pasar modal di Indonesia hanya berada di kisaran 365 ribu investor lho. Kelihatan banget kan kalau antusiasme masyarakat untuk berinvestasi terus bertumbuh?

Sayangnya, banyak pihak gak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum ini untuk menipu dengan investasi palsu. Satuan Tugas Waspada Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total kerugian nasabah akibat penipuan dan investasi palsu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dari mencapai Rp117,4 triliun.

Gak heran kan kalau banyak orang yang jadi ragu berinvestasi karena takut uangnya hilang. Padahal, bila dilakukan dengan tepat, berinvestasi bisa memberikan banyak manfaat.

Buat kamu yang mau berinvestasi, Jenius punya tips nih untuk kenali lima ciri investasi palsu biar kamu tidak tertipu. Yuk, pelajari bersama!

Ciri Investasi Palsu #1: Menjanjikan Return Tinggi yang Gak Wajar

Salah satu syarat menjadi investor adalah gak boleh tamak atau greedy. Karena kalau terjadi, kamu akan mudah terlena dengan tawaran investasi bodong yang menjanjikan return tinggi yang gak wajar.

Setiap instrumen investasi memiliki return—dan risiko—yang berbeda. Sebagai gambaran, Jenius kasih kisaran return berbagai instrumen investasi per tahunnya ya.

Tips Jenius Kenali Investasi Palsu, Biar Kamu Gak Tertipu

Referensi ini bisa kamu gunakan sebagai acuan untuk mengenali investasi yang menjanjikan return gak wajar. Misalnya, investasi abal yang menjanjikan return 50% dalam satu bulan. Ih, takut banget lho!

Ciri Investasi Palsu #2: Klaim Tanpa Risiko

Ketika berinvestasi, kamu harus siap menghadapi fluktuasi, atau naik dan turunnya nilai investasi yang disebabkan faktor sosial, politik, hingga ekonomi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) misalnya, sempat menyentuh titik terendahnya di posisi 3.989,52 pada 23 Maret 2020 lalu karena kekhawatiran investor akan pandemi COVID-19. Namun, IHSG berangsur naik hingga ke posisi 6.435 pada 13 Januari 2021 karena munculnya optimisme investor terkait perkembangan vaksin COVID-19.

Selain diakibatkan pandemi, naik-turunnya nilai investasi yang kita punya juga bisa dipengaruhi oleh hal lain seperti konflik internasional atau bahkan kinerja perusahaan tempat kita berinvestasi.

Tips Jenius Kenali Investasi Palsu, Biar Kamu Gak Tertipu

Maka dari itu, teman Jenius harus hati-hati dengan investasi yang menggunakan embel-embel "100% bebas risiko". Karena ada satu prinsip investasi yang wajib diingat setiap investor: high risk, high return. Jadi kalau kamu ingin mendapat return tinggi, kamu juga harus siap dengan risiko meruginya.

Baca juga: Kesalahan-Kesalahan dalam Berinvestasi

Ciri Investasi Palsu #3: Pengelolaannya Gak Jelas

Kamu harus waspada dengan tawaran investasi yang datang dari grup Telegram, WhatsApp, atau platform media sosial lainnya ya.

Investasi palsu yang diorganisasi lewat platform gak resmi semacam itu, biasanya akan meminta kamu mentransfer dana investasi kamu ke rekening perorangan tanpa melalui website atau aplikasi resmi.

Bandingkan dengan investasi reksa dana yang punya bank kustodian atau investasi saham yang mengharuskan kamu membuka rekening dana nasabah (RDN) atas namamu sendiri untuk menampung dana investasi. Makanya, kamu gak akan diminta untuk transfer dana investasi kamu ke rekening perorangan yang gak tersistem.

Saran dari Jenius, sebaiknya kamu hanya bertransaksi dari website atau aplikasi resmi supaya kamu bisa memantau pergerakan portofolio investasi kamu secara langsung ya.

Ciri Investasi Palsu #4: Diminta Mencari Investor Baru

Apakah kamu familier dengan istilah skema piramida atau ponzi? Investasi palsu dengan skema piramida biasanya akan memintamu untuk merekrut investor baru. Nah, modal investasi yang disetorkan oleh investor baru yang kamu rekrut itulah yang akan menjadi keuntunganmu.

Di sisi lain, dalam skema ponzi, kamu gak diminta secara langsung untuk merekrut investor baru. Namun, keuntungan yang didapat dari investasi yang menggunakan skema ponzi juga berasal dari investor baru yang berhasil direkrut “sistem”.

Apa yang terjadi kalau gak ada lagi investor baru yang mau mendaftar? "Piramida" yang telah dibangun akan kolaps karena gak ada uang yang masuk untuk membayar keuntungan kepada investor yang sudah bergabung lebih dulu.

Makanya, jangan sampai kamu terlibat skema piramida atau ponzi ya! Karena gak cuma bahaya untukmu, tapi juga orang yang mungkin mengikuti jejakmu untuk investasi di produk yang sama.

Baca juga: Kenapa Sih Perlu Berinvestasi? Ini 6 Alasannya!

Ciri Investasi Palsu #5: Gak Memiliki Legalitas atau Izin Resmi

Hal yang gak kalah penting untuk diperhatikan saat kamu pengin berinvestasi adalah legalitas dari pihak atau lembaga yang menawarkan produk investasi. Cek apakah mereka memiliki izin dari otoritas berwenang.

Di Indonesia, pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi lembaga jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, dan lembaga keuangan nonbank adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kamu bisa cek daftar alert investasi dari OJK di sini dan meminta informasi terkait legalitas pihak atau lembaga yang menawarkan investasi ke OJK melalui situs kontak157.ojk.go.id, telepon 157, e-mail [email protected], atau WhatsApp 081-157-157-157.

Tips Jenius Kenali Investasi Palsu, Biar Kamu Gak Tertipu

Mereka yang palsu saat ini semakin pandai untuk mengelabui! Terkadang, mereka menduplikasi perusahaan resmi yang memiliki izin untuk menarik investor. Maka dari itu, kita harus lebih jeli untuk mengenali channel resmi dari pihak atau lembaga yang resmi.

Baca juga: Mau Jadi Investor? Belajar Investasi dari 5 Sumber Ini

Kalau kamu masih pemula, cobalah untuk berinvestasi pada instrumen yang fluktuasinya bisa kamu sesuaikan dengan profil risikomu. Reksa dana adalah salah satu pilihan yang tepat untuk itu.

Kamu bisa berinvestasi dengan simpel melalui fitur reksa dana di Jenius! Caranya, buka menu Investment pada halaman Wealth di aplikasi Jenius, lalu pilih Ikuti Kuisnya. Kamu akan diminta untuk mengikuti kuis untuk mengetahui apakah profil risikomu adalah konservatif, konservatif moderat, moderat, agresif moderat, atau agresif.

Baca juga: Kenali Profil Risiko Sebelum Berinvestasi

Sudah mengetahui profil risiko? Sekarang kamu bisa Buka Akun Reksa Dana dengan melengkapi tingkat pendidikan terakhir serta menyetujui syarat dan ketentuan. Kamu akan mendapat notifikasi setelah pembuatan akun reksa dana berhasil diverifikasi. Setelah itu, kamu tinggal membuat portofolio yang bisa dinamakan sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin kamu capai.

Sebelum memutuskan untuk membeli produk reksa dana, ada tiga hal yang perlu kamu lakukan terlebih dulu. Pertama, baca prospektusnya agar kamu mengetahui informasi lengkap dari produk reksa dana yang ingin kamu beli. Beberapa informasi penting di dalam prospektus adalah pihak yang menjadi manajer investasi, bank kustodian, biaya-biaya pada produk, hingga tata cara transaksi dan likuidasi.

Kedua, kenali lebih jauh manajer investasi yang nantinya bertanggung jawab mengelola investasimu. Saat ini, Jenius punya tiga pilihan manajer investasi: Ashmore, Mandiri, dan Schroders. Pilihlah manajer investasi yang paling kamu percayai reputasi, kinerja, dan rekam jejaknya.

Ketiga, cari tau juga tentang produk reksa dana yang akan kamu beli. Ada empat kategori produk reksa dana yang tersedia di Jenius, yaitu pasar uang, obligasi jangka pendek, obligasi jangka panjang, dan ekuitas.

Baca juga: Simpel Berinvestasi Reksa Dana di Jenius

Di Jenius, kamu bisa dengan mudah memilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risikomu untuk menumbuhkan uang!


Jenius dari SMBC Indonesia juga telah resmi tercatat dan diawasi oleh OJK dan Bank Indonesia (BI). Jadi, kamu gak perlu waswas lagi deh!

Mau mulai berinvestasi tanpa khawatir tertipu sama mereka yang palsu?


Artikel lainnya