The Fed dan Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga, Reksa Dana Mana yang Bisa Kamu Beli?

writter Wealth Management

Hi Teman Jenius! Siapa yang familier dan sudah berkenalan sama The Fed?

Buat yang suka berinvestasi, mungkin sudah pernah dengar dan tau apa itu The Fed. Nah, buat yang belum tau, The Fed merupakan kependekan dari The Federal Reserve, yakni bank sentral Amerika Serikat (AS).

Kurang paham? Oke, mari kita bahas sedikit soal The Fed dan FOMC!

Kenalan dengan The Fed & FOMC

Seperti yang tadi dibahas, The Fed adalah bank sentral di AS. Tugasnya adalah menjaga kestabilan sistem keuangan AS dan mengambil kebijakan ekonomi di bidang moneter untuk menjaga tingkat inflasi serta mendorong penciptaan lapangan pekerjaan.

Ada beberapa struktur penting di  The Fed. Yang pertama adalah 12 Reserve Banks yang tersebar di AS: antara lain New York, Kansas, dan Chicago. Masing-masing bisa mengawasi sistem perbankan di area mereka, dan saat diperlukan bisa membuat kebijakan sendiri yang sesuai dengan kondisi setempat asalkan gak bertentangan dengan kebijakan nasional.

Kemudian ada Board of Governors (dewan gubernur) yang terdiri dari 7 orang dan berkantor di Washington. Setelah itu, ada FOMC, sebuah forum tertinggi The Fed yang mengadakan pertemuan untuk pengambilan kebijakan moneter sebanyak 8 kali setahun.

FOMC sendiri terdiri dari Board of Governors (7 orang) dan 5 perwakilan reserve banks. Dewan gubernur dan reserve bank New York merupakan anggota tetap dan memiliki suara di FOMC, sedangkan 4 perwakilan reserve banks lain secara bergantian mengikuti pertemuan FOMC.

Lantas, bagaimana dengan perwakilan reserve banks yang belum mendapat giliran di FOMC?

Di setiap pertemuan FOMC, perwakilan reserve banks (12 orang) dan dewan gubernur (7 orang) masing-masing memberikan proyeksi suku bunga ke depan, sering disebut dot plot. Dari sini pelaku pasar bisa melihat tendensi arah kebijakan FOMC ke depan.

Pengambilan putusan FOMC dilakukan melalui pemungutan suara (voting), berbeda dengan Bank Indonesia (BI) yang lebih mengutamakan konsensus (mufakat bersama). Frekuensi rapat pengambilan kebijakan moneter BI juga berbeda, dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) setiap bulannya.

Nah, pada Kamis dini hari (19 September 24), The Fed memangkas suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR). Gak main-main, Federal Open Market Committee (FOMC) memotong suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75%-5,00%.

Investor dan pelaku usaha sudah lama menantikan penurunan suku bunga FFR, berharap suku bunga yang lebih rendah bisa menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS serta mendorong arus modal ke negara-negara berkembang.

Kebijakan moneter AS yang dibuat oleh The Fed ini bisa punya dampak besar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Bank Indonesia Juga Turunkan Suku Bunga

Pekan ketiga September gak hanya diwarnai putusan The Fed. RDG BI September, pada Rabu petang (18/9), atau sekitar 12 jam sebelum FOMC, memutuskan memotong suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6%.

Terakhir kali BI memangkas suku bunga yakni Februari 2021, kala itu menurunkan BI Rate ke 3,5% demi menopang ekonomi domestik yang terpuruk akibat pandemi. Di AS, terakhir kali FOMC melakukan pemangkasan yakni Maret 2020, di masa awal virus COVID-19 menyebar ke seluruh dunia.

Penurunan suku bunga, baik oleh bank The Fed maupun BI, menunjukkan bagaimana berbagai bank sentral mengubah fokus kebijakan moneter. Dari sebelumnya menjaga stabilitas harga (meredam inflasi) menjadi menstimulasi pertumbuhan. Proyeksi dot plot The Fed mengindikasikan penurunan suku bunga lagi menjelang akhir tahun 2024, tahun depan, dan terus berlanjut hingga 2026.

Selain bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di sana, tren penurunan suku bunga di AS juga punya dampak besar ke arus modal ke negara-negara berkembang.

Lho, kenapa bisa begitu? Nah, kita bisa bandingkan BI rate (6%) dengan FFR (4,75%-5,00%). Saat ini ada selisih sebesar 1,00%-1,25% dibandingkan selisih sebelum pemangkasan di 0,75%-1,00% (BI rate 6,25% dan FFR 5,25%-5,50%).

Para ekonom sering menyebut selisih tersebut sebagai interest rate differential. Secara sederhana, selisih yang semakin besar akan memberi insentif bagi investor untuk menaruh dana mereka di tempat yang memberi bunga lebih tinggi.

Sebenarnya masih ada faktor lain seperti pergerakan nilai kurs. Namun, gak perlu dibahas biar gak tambah pusing. Lagi pula, motif para investor ulung gak jauh beda dengan para investor individu: ingin dananya  berkembang secara optimal.

Mudah-mudahan Teman Jenius semakin paham mengenai ekonomi global, bagaimana kebijakan di sebuah negara bisa punya dampak terhadap negara-negara lain.

Reksa Dana yang Tepat

Lantas, setelah paham, apa yang bisa kamu lakukan buat investasi?

Kalau kamu ingat tulisan sebelumnya tentang kenaikan suku bunga, reksa dana obligasi cenderung tertekan dalam tren suku bunga yang meningkat. Nah, yang berlaku sekarang justru kebalikannya: pemangkasan bunga punya dampak positif buat reksa dana obligasi.

Selain itu, dengan selisih suku bunga AS dan Indonesia yang semakin melebar, aliran dana masuk ke pasar modal Indonesia juga berpotensi meningkat. Hal ini akan menjadi positif bagi instrumen investasi secara umum dan berpotensi terus memperkukuh nilai tukar rupiah.

BI mencatat net inflows ke seluruh instrumen keuangan, termasuk Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan saham mencapai USD 10,1 miliar dalam kurun waktu 1 Juli hingga 13 September. Cadangan devisa pun meningkat ke USD 150,2 miliar di akhir Agustus.

Hal-hal tersebut juga akan punya dampak positif bagi reksa dana saham, termasuk yang terkait dengan indeks saham (reksa dana indeks). Kalau sebelumnya lebih banyak menaruh portofolio di pasar uang, kamu bisa mempertimbangkan untuk mengalihkannya atau menambah alokasi di reksa dana obligasi maupun di  reksa dana saham.

Bingung? Tenang, Jenius sudah mengurasi beberapa reksa dana obligasi dan reksa dana saham berdasarkan rasio Sharpe (kinerja investasi yang disesuaikan dengan tingkat risiko) buat kamu.

Semoga tabel di atas bisa jadi bahan pertimbangan kamu memilih ya!

Jadi, bisa dibilang kini kamu sudah paham bagaimana dampak penurunan suku bunga the Fed dan juga Bank Indonesia serta produk apa yang tepat untuk kamu investasikan saat ini. So, tunggu apa lagi? Segera investasi reksa dana di Jenius!

Biar kamu makin semangat investasi, Jenius punya hadiah liburan buat investor reksa dana, dengan minimal pembelian reksa dana Rp100.000 (kecuali reksa dana pasar uang), kamu bisa mendapat 1 tiket undian dan dengan 100 tiket undian yang kamu kumpulkan nanti dengan hadiah utama jalan-jalan ke Jepang. Informasi lengkapnya bisa kamu baca di program PUNDI Jenius Reksa Dana!

Jadi, mulai investasi reksa dana di Jenius sekarang juga!

 

Artikel lainnya