Sejak 10 tahun lalu, saya punya cita-cita kuliah di luar negeri. Motivasi terbesar saya awalnya adalah untuk belajar sekaligus jalan-jalan di negara orang.
Setelah kerja sebagai jurnalis selama lebih dari 5 tahun, saya semakin yakin melanjutkan pendidikan. Alasannya, ilmu dan pengalaman kuliah S-2 akan berguna untuk memperkaya tulisan-tulisan jurnalistik yang saya buat.
Demi mewujudkan cita-cita kuliah lagi, sejak 2018 saya mendaftar beasiswa di beberapa kampus terbaik dunia. Berkali-kali aplikasi beasiswa ditolak, tapi saya gak mudah menyerah.
Hingga di tahun 2021, impian saya untuk kuliah S-2 akhirnya terwujud setelah mendapatkan Chevening Scholarship dari Pemerintah Inggris. Berkat beasiswa ini, saya bisa kuliah di London, Inggris, pada bulan September 2021 sampai lulus di tahun 2022.
Proses apply beasiswa luar negeri memang menantang secara fisik, mental, dan finansial. Begitu dinyatakan lolos, saya sadar bahwa gak ada perjuangan yang sia-sia.
Apakah teman Jenius ada yang ingin kuliah di luar negeri?
Semoga artikel ini bisa memberi gambaran mengenai cara mendapatkan beasiswa kuliah gratis di luar negeri dan membantu kamu menyiapkan aplikasi beasiswa, ya!
Langkah pertama untuk mewujudkan impian kuliah di luar negeri adalah mencari tau kampus dan jurusan kuliah. Cara terbaik mencari informasi ini adalah dengan browsing di website kampus. Sesuaikan keinginan kamu dengan bidang studi yang ditawarkan kampus.
Gali informasi selengkap-lengkapnya, seperti jurusan, ranking kampus, mata kuliah, dosen, kesempatan magang, hingga ekstrakurikuler, dan club mahasiswa yang bisa diikuti.
Selanjutnya catatlah timeline, syarat pendaftaran, dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Biasanya, kampus meminta kamu melampirkan motivation letter, sertifikat dan ijazah kuliah S-1, contoh tulisan akademik, serta 2 reference letters dari dosen dan atasan kerja, dan hasil tes IELTS. Kamu bisa mendaftar pada beberapa kampus agar peluang diterima lebih besar.
Tip: Mendaftarlah sejak jauh-jauh hari. Kalau sudah mendekati deadline, biasanya kampus menerima ratusan aplikasi. Mereka akan kewalahan untuk menyeleksi berkas pendaftaran. Selain itu, daftar lebih awal juga dapat menghindari kesempatan kamu ditolak karena kuota mahasiswa sudah terisi penuh.
Banyak orang pengin kuliah di luar negeri, tapi terkendala biaya. Beruntung kalau kamu punya tabungan pendidikan atau mendapatkan dukungan dana dari orang tua.
Nah, kalau dana terbatas, kamu bisa mengandalkan beasiswa. Ada 2 jenis beasiswa, yaitu fully-funded scholarship dan partial scholarship.
Beasiswa fully-funded berarti lembaga membiayai semua tanggungan pendidikan dan kebutuhan kuliah. Sementara partial scholarship berarti lembaga hanya membiayai sebagian biaya kuliah. Kebutuhan lainnya dipenuhi dengan dana pribadi atau bekerja part-time.
Lembaga pemberi beasiswa ini sangat beragam, misalnya, Chevening Scholarship yang didanai oleh Pemerintah Inggris melalui Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran serta lembaga rekanannya. Ada juga beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dari kampus.
Saya memilih Chevening karena beasiswa ini mendanai seluruh kebutuhan studi selama satu tahun mulai dari uang kuliah, biaya hidup, dan biaya pembuatan visa. Selain itu, Chevening punya jaringan alumni luas, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Beasiswa Chevening biasanya dibuka pada bulan Juli dengan deadline pendaftaran Oktober. Lolos atau gaknya ditentukan dari kelengkapan dokumen, kualitas esai, dan hasil wawancara (interview). Informasi lengkap mengenai beasiswa Chevening bisa kamu dapatkan di sini; https://www.chevening.org!
Tip: Siapkan aplikasi sejak jauh-jauh hari. Hindari mengirim aplikasi mepet deadline. Hal ini untuk mencegah kendala teknis saat proses pendaftaran. Selain itu, jangan ragu meminta masukan esai dari alumni, senior, atau kerabat kamu.
Tantangan yang cukup berat dalam mempersiapkan kuliah di luar negeri adalah memenuhi persyaratan kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris dilihat melalui ujian, seperti test IELTS ataupun TOEFL.
Persiapan sertifikasi bahasa ini menguras mental, waktu, dan biaya yang tidak sedikit. Saya mempersiapkan tes IELTS dalam waktu 6 bulan. Ujian IELTS terdiri dari reading, listening, speaking, dan writing.
Agar bisa lolos ujian, saya mengikuti kursus IELTS 2 kali per minggu. Selain itu, saya melatih kemampuan listening dengan mendengarkan radio BBC, banyak menonton film bahasa Inggris tanpa subtitle, serta berlatih mengerjakan soal-soal dari internet.
Demi mendapatkan score maksimal, saya merogoh kocek sekitar Rp10 juta. Uang ini dipakai untuk 2 kali tes IELTS. Harga tes IELTS Rp3 juta (kamu bisa cek jadwal dan harga tes IELTS di https://www.britishcouncilfoundation.id/tes/ielts), serta biaya kursus Rp3 juta.
Tip: Walaupun sudah lancar berbahasa Inggris, saya sarankan tetap mempersiapkan diri untuk ujian. Kalau gak mau kursus, kamu bisa berlatih menjawab soal dari internet.
Kalau sudah diterima beasiswa dan kampus tujuan, inilah saatnya persiapan akhir.
Persiapan akhir ini terdiri dari: membuat visa pendidikan, mencari tempat tinggal, mendaftar asuransi kesehatan, memesan tiket pesawat, serta packing. Pastikan kamu membawa pakaian sesuai musim, makanan kesukaan, obat-obatan, dan benda memori, ya!
Ingat juga untuk membawa paspor, visa, asuransi kesehatan, serta Letter of Acceptance. Dokumen dibutuhkan untuk proses imigrasi dan registrasi kampus.
Menjelang keberangkatan, seorang teman menyarankan agar saya membuat akun Jenius karena memudahkan segala kebutuhan transaksi selama di Inggris. Meski sempat ragu, saya tetap mengikuti saran itu.
Registrasi Jenius sangat mudah karena bisa dilakukan secara online lewat aplikasi. Dengan saldo minimal Rp500 ribu, saya bisa me-request Kartu Debit Jenius Visa. Kartu ini dikirim dan sampai ke rumah saya dalam waktu kurang dari 5 hari.
Setelah tiba di Inggris, saya semakin menyadari bahwa Jenius benar dapat mempermudah transaksi keuangan selama di Inggris. Aktivitas sehari-hari jadi lebih mudah berkat Jenius.
Dengan adanya Jenius saya gak perlu lagi membawa uang tunai dalam perjalanan. Apa lagi, London terkenal sebagai cashless society, penggunaan Jenius sangat memudahkan untuk berbelanja di supermarket atau makan di restoran.
Saya bisa memakai Jenius, terutama Kartu Debit Jenius Visa-nya untuk tarik tunai di ATM mancanegara berlogo Visa. Selain itu, kartu debit Jenius juga bisa dipakai sebagai pengganti Oyster Card untuk naik transportasi umum, seperti kereta bawah tanah (London Underground) dan bus tingkat.
Tinggal tap-in dan tap-out Kartu Debit Jenius di stasiun, saya bisa bepergian ke mana pun tanpa repot.
Nah, itu dia persiapan kuliah di luar negeri. Persiapan kuliah di luar negeri memang terasa berat, tapi begitu sampai di negara tujuan rasa lelah dan berat ini hilang. Sebagai gantinya, kamu akan mendapatkan pengalaman berkesan!
Dalam tulisan di Jenius Co.Create, saya juga bercerita mengenai pengalaman dan tips mengatur keuangan selama hidup merantau di negara orang.
Ikuti terus kisah perjalanan saya sebagai mahasiswa London, ya!
Artikel ini ditulis oleh Denty Piawai Nastitie, teman Jenius yang merupakan seorang jurnalis, penulis, dan fotografer. Hubungi Denty melalui Instagram: @dentyonduty. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Blog Jenius.