First time comes only once. Kalau kata John Mayer, hal-hal yang pertama kali tuh akan selalu menyenangkan, karena kita gak akan bandingin sama yang lain.
Waktu beli dan ngisi perabotan rumah pertama kali juga gitu. Excited, senang, tapi lama-lama terasa terbebani ya karena contoh-contoh di Pinterest kok harganya ningrat. 😬
Gaya interior impian aku tuh sebenarnya simpel. Pengin rumah healing tapi affordable, semacam resort-resort di daerah Cihanjuang gitu lah. Biar dompet gak terlalu kaget, aku pakai prinsip design/non-design. Artinya, cukup konsentrasi bikin satu ruangan (misalnya living room) yang uwuw, tapi ruang lain seadanya dulu (bahkan kalau bisa kosong aja).
Prinsip design/non-design ini tuh berguna banget biar budget terfokus ke satu area aja di awal pindahan. Nah, nantinya area lain bakal ngikut pertumbuhan gaji dan inflasi si pemilik rumah.
Cara aku atur budget juga pakai skala prioritas, biar gak mudah terdistraksi bisikan iblis saat lihat benda lucu—padahal ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Tips ampuh: pisahin sesuai level kewajibannya.
Level 1: Fardu ain, buat isi rumah penunjang kehidupan. Misalnya, kasur dan benda elektronik utama kayak mesin cuci, kompor, AC, dan kulkas.
Level 2: Sunah, misalnya buat furnitur ruang keluarga. Gak perlu mahal, yang penting rumah kelihatan proper—gak seperti interior bedeng.
Level 3: Gak terlalu perlu tapi ya okelah—nice to have. Misalnya, dekorasi cute untuk menghias sudut bakekok yang berpotensi jadi gerbang alam gaib.
Setelah nge-list barang yang harus dibeli, jujur rasanya pengin nangis muhasabah sih. Soalnya ketika datang waktunya mengisi perabotan rumah, tabungan bertahun-tahun menyublim begitu saja. Dari jauh pun terdengar raung-raung kata Tong Sam Chong, “Isi adalah kosong, kosong adalah isi.” Rumah sudah keisi, eh tabungan jadi kosong 🥲
Baca juga: 10 Rekomendasi Produk IKEA untuk Kamar Lebih Estetik
Untungnya, beli furnitur itu bisa pelan-pelan, dicicil dikit-dikit sambil nabung. Walaupun ada ancaman bahaya lain: perubahan haluan aliran interior. Awal tahun masih minimalis, tengah tahun ada diskon karpet macan, akhir taun istri pengin kamar dicat ijo madrasah. Takutnya ujung-ujungnya rumah jadi seperti atlet renang: banyak gaya.
Supaya interior sesuai keinginan tapi tetap hemat, aku kasih sedikit tips-tips nih:
DoSampai sekarang, aku pun masih nabung buat upgrade dan nambahin isi rumah. Dan, jangan lupa, semua furnitur dan alat elektronik di rumah juga ada umurnya lho—karena yang abadi cuma mangkuk ayam jago.
Misalnya nih, tipikal usia AC itu sampai 10 tahunan. Nah, di Dream Saver, aku tuh sudah mulai nyicil sampai 10 tahun ke depan buat amit-amit kalau AC rusak, atau lemari jebol akibat didudukin setan.
Baca juga: Persiapkan Keuangan untuk Kejadian Terburuk
Dan, bismillah pengin renovasi rumah juga nih (ya Tuhan, apa lagi ini?). Ya… biasalah anak muda, pengin ini-itu gak ada habisnya. Cita-cita ultimate aku sih pengin beli rumah tetangga sebelah ya, karena kita kurang akrab—ya gak dong. Tapi ya siapa tau kan mau dijual, aku siap beli.
Tetapi jangan cepat-cepat yah, nabung dulu ih. Nah biar uangnya gak kepakai jajan micin, aku taruh di Maxi Saver dulu, lumayan kan sekalian investasi. 🤑
Perubahan itu mudah, yang susah duit nya.
— BiasalahAnakMuda (@biasalahanakmud) May 20, 2022
From This To This pic.twitter.com/wRTkKoKmYk
Baca juga: Cara Mudah Menabung dengan 3 Fitur Save It
Intinya, semua bisa diatur, gaes. Yang penting tentuin dulu gaya interior impianmu dan furnitur-furnitur yang harus dibeli. Lalu kita bikin plan tabungan, biar kita tau kapan harus keluar uang dan bisa hitung durasi ngumpulinnya.
Harus konsisten ya, biar gaya interiornya gak fail. Jangan sampai niat Japandi, jadinya malah Japan Ngadi-ngadi.
- selesai -
Artikel ini ditulis oleh Biasalah Anak Muda, teman Jenius yang merupakan seorang content creator dan si penyuara ke-BM-an anak muda. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Jenius Blog.. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Blog Jenius.