Kamu pasti sudah tau kalau reksa dana ada beberapa jenis, kan?
Mulai dari reksa dana pasar uang (RDPU), reksa dana pendapatan tetap (RDPT), reksa dana campuran, dan reksa dana saham (RDS). Namun, kali ini Jenius mau bahas tentang reksa dana indeks (RDI)!
Seperti yang kamu tau, kebanyakan reksa dana dikelola oleh manajer investasi (MI) secara aktif. Artinya, komposisi portofolio investasi di dalamnya bisa berubah sewaktu-waktu berdasar strategi dan diskresi MI.
Namun sebaliknya, reksa dana indeks ini dikelola secara pasif oleh MI sehingga perubahan komposisi portofolio (rebalancing) mengikuti indeks yang diacu. Untuk selengkapnya, yuk simak lebih lanjut!
Mengutip Otoritas Jasa Keuangan (OJK), RDI bertujuan untuk mendapatkan hasil investasi yang mirip dengan indeks tertentu, bisa berupa indeks obligasi ataupun saham. Hal ini berbeda dengan reksa dana pengelolaan aktif yang bertujuan memberikan hasil investasi melampaui sebuah indeks acuan.
Indeks di sini bisa beragam. Misalnya untuk saham; ada IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), LQ 30 (indeks 30 saham dengan nilai kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia), Sri-Kehati (indeks 25 saham dengan skor ESG baik), dan sebagainya. Untuk indeks saham, Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini sudah memiliki lebih dari 40 indeks saham.
Selain BEI, lembaga asing juga bisa membuat indeks. Misalnya Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang membuat indeks saham MSCI Indonesia, ESG Leaders, Indonesia Value, dan sebagainya.
Untuk MSCI Indonesia Value, MSCI meracik saham-saham dengan kapitalisasi pasar menengah dan besar guna mengoptimalkan potensi hasil investasi. Dengan 3 indikator, yakni rasio P/B (price to book), rasio P/E (price to earnings), serta dividend yield, MSCI menerapkan strategi value investing di indeks ini.
Dengan memfokuskan pada saham-saham kapitalisasi menengah-besar, pergerakan indeks diharapkan menjadi lebih terukur.
Transparansi dan kemudahan informasi jadi salah satu keunggulan reksa dana indeks. Karena merujuk ke indeks tertentu, investor bisa dengan mudah mencari informasi yang dibutuhkan.
Misalnya RDI yang mengacu ke MSCI Indonesia Value, maka investor dengan mudah bisa mencari informasi komposisi saham dalam indeks tersebut.
Berhubung mengacu ke sebuah indeks, komposisi sebuah saham di RDI bisa lebih besar daripada 10%. Ini berbeda dengan reksa dana saham (RDS), karena manajer investasi umumnya melakukan diversifikasi portofolio dengan maksimal alokasi di sebuah saham di bawah 10% dari total dana kelolaaan.
Hal lain yang juga menambah transparansi RDI, yakni pada perubahan komposisi indeks (rebalancing) yang terjadwal, umumnya setiap kuartal.
Karena pengumuman dilakukan secara terbuka, perubahan ini biasanya diberitakan oleh media massa, sehingga kamu semakin mudah untuk mendapatkan informasinya.
Jika kamu berinvestasi di RDS pengelolaan aktif, maka kamu perlu membaca laporan bulanan (fund fact sheet). MI juga gak memberikan komposisi masing-masing saham di sebuah produk RDS, tapi terbatas pada beberapa saham dengan alokasi investasi terbesar (top 5 atau top 10).
Sehingga, RDI cocok buat kamu yang gak sempat mempelajari prospektus dari masing-masing produk RDS atau menganalisis beberapa laporan periodik sekaligus.
Selain itu, karena bertujuan untuk menyerupai hasil investasi indeks yang diacu, maka RDI juga cocok buat kamu yang relatif moderat dan cenderung mencari kestabilan.
Selebihnya, gak ada perbedaan antara RDS dan RDI. Keduanya sama-sama bisa diperjual-belikan pada hari bursa. Nah buat kamu yang lagi tertarik dan berminat untuk berinvestasi di RDI saham, Jenius punya solusinya!
Baca Juga: Kenali Profil Risiko Sebelum Berinvestasi
Bekerja sama dengan MI Syailendra Capital, Jenius menghadirkan RDI Syailendra MSCI Indonesia Value (SMSCI). Dengan dana kelolaan di atas Rp800 miliar, RDI ini terdiri dari 13 saham—persis seperti indeks MSCI Indonesia Value.
Indeks ini dibuat oleh MSCI untuk mencari saham-saham yang sifatnya undervalued (harga saat ini di bawah nilai intrinsik). Sekitar 54% komposisi RDI SMSCI terkonsentrasi pada sektor finansial sub sektor perbankan besar seperti saham BBRI, BMRI, dan BBNI, lalu sisanya pada sektor telekomunikasi, konsumen, energi, serta material dasar.
Sektor finansial akhir-akhir ini mengalami penurunan masif. Hal ini memunculkan potensi koreksi positif ke depannya, terutama saat dana investor asing kembali mengalir deras ke pasar modal domestik.
Jadi buat kamu yang punya profil risiko moderat, kini kamu bisa mulai beli reksa dana indeks lewat produk Syailendra MSCI Indonesia Value di Jenius!
Selain itu, kini beli reksa dana di Jenius juga bisa bikin happy. Karena kamu berkesempatan untuk dapat voucer liburan ke Jepang senilai Rp25 juta dengan ikut program PUNDI Jenius Reksa Dana!
Cukup beli reksa dana mulai dari Rp100.000 (kecuali reksa dana pasar uang) di Jenius, kamu bisa mendapatkan 1 tiket undian yang berlaku kelipatan. Makin banyak kamu beli reksa dana di Jenius, maka makin besar kesempatanmu untuk jalan-jalan ke Jepang!
Baca informasi selengkapnya mengenai program PUNDI Jenius Reksa Dana di sini.
Tunggu apa lagi? Yuk langsung investasi reksa dana di Jenius!