“Badai” akibat pandemi COVID-19 belum selesai. Walaupun kehidupan "new normal"" sudah mulai dijalankan, masih banyak orang terdampak pandemi Coronavirus yang belum ada vaksinnya ini.
Di satu sisi, para pebisnis masih berupaya mempertahankan usaha mereka agar tetap berjalan. Salah satu langkah yang terpaksa mereka ambil adalah pemotongan gaji. Di sisi lain, para pekerja masih dalam kondisi harap-harap cemas apakah tempat mereka bekerja masih bisa mempertahankan hubungan kerja dengan seluruh karyawan.
Pada financial checkup kali ini, Jenius bekerja sama dengan perencana keuangan Metta Anggriani dari Anggriani & Partners, akan membagikan hasil analisis yang dilakukan terhadap keuangan Galih (bukan nama sebenarnya), teman Jenius yang gajinya terpotong sejak pandemi terjadi pada awal tahun 2020.
Baca juga: Financial Checkup: Pramugari Terkena Imbas Pandemi
Galih adalah seorang kepala keluarga berusia 26 tahun dengan tanggungan berjumlah tiga orang, yang terdiri dari istri, anak berusia 9 bulan, dan ibunya.
Saat ini Galih bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang retail di Bandung. Sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan pada bulan Maret 2020, keuangan Galih agak goyang.
Penghasilan Galih dipotong 25% dari take-home pay (THP) Rp8,6 juta. Sementara THR pada Idulfitri lalu juga hanya dibayarkan 50%. Akibatnya, tabungan Galih terkuras hingga saat ini tersisa Rp2 juta.
Ya, Galih termasuk sandwich generation yang perlu berjuang untuk dirinya sendiri, keluarga kecilnya, juga orangtuanya. Dan pandemi membuat Galih harus lebih cermat dan hemat dalam mengatur keuangan daripada biasanya.
Baca juga: Financial Checkup: Single Tapi Gak Bisa Nabung
Dengan kenyataan bahwa gajinya terpotong hingga 25%, langkah pertama yang dilakukan Galih adalah melakukan penyesuaian nominal terhadap pos-pos budget. Budget untuk orangtua, hiburan, transportasi, dan makan langsung dipangkasnya.
Sementara itu alokasi untuk membayar cicilan utang sebesar Rp1,9 juta tetap diprioritaskan agar utang kartu kreditnya tetap lunas tepat waktu pada akhir Juni 2020. Keputusan ini cukup bijak untuk diambil selama pemotongan gaji masih berlangsung.
Selain agar gajinya tetap cukup untuk membiayai kebutuhan bulanan, ternyata Galih melakukan pemangkasan budget supaya tabungan pendidikan untuk sang buah hati bisa tetap berjalan. Menurut Metta, keputusan Galih sangatlah bijak dengan tetap menabung menyiapkan dana pendidikan anak sebesar Rp500 ribu per bulan.
Dengan target sebesar Rp42 juta dalam 7 tahun, Galih perlu tetap konsisten menyetorkan dana pendidikan setiap bulan.
Baca juga: Financial Checkup: Menjadi Pengatur Keuangan Keluarga
Kepada Jenius dan Metta, Galih bertanya langkah ke depan yang bisa dilakukannya ketika penghasilannya sudah kembali ke angka normal atau gak dipotong sama sekali. “Hal apa yang harus saya lakukan agar saya bisa mulai mencicil rumah atau mobil?”
Menurut Metta, tujuan keuangan yang perlu Galih jadikan prioritas adalah meningkatkan tabungan, khususnya untuk dana darurat. Karena saat ini rasio likuiditas Galih sangat gak sehat dengan nilai 0,37 kali. Galih harus mulai serius menabung untuk ini dengan target 3-6 kali pengeluaran bulanan.
Pada kasus Galih, pentingnya dana darurat terbukti pada awal gajinya terpotong. Pengeluaran yang 33%-nya sempat diperlukan untuk membayar cicilan utang dan uang sewa bulanan tentu gak bisa dipangkas seketika. Sehingga kekurangannya harus ditutup menggunakan tabungan yang ada.
Maka, penting sekali untuk Galih mengumpulkan dana darurat minimal 3 kali pengeluaran bulanan sebesar Rp16,35 juta sebagai target pertama. Kemudian jika target pertama sudah tercapai dan kondisi keuangan sudah semakin membaik, Galih bisa menambahkan target menjadi 6 kali pengeluaran, yaitu sebesar Rp32,7 juta.
Saat ini Galih dapat mengalihkan Rp500 ribu yang sempat dialokasikan untuk investasi menjadi tabungan dana darurat. Agar gak tercampur dengan dana operasional sehari-hari, Galih dapat membuat 1 Flexi Saver tambahan pada aplikasi Jenius, khusus untuk menyimpan dana darurat. Dengan begini, Galih bisa mendapat bunga 2,5% p.a. sekaligus kemudahan menariknya kapan pun bila muncul kebutuhan darurat.
Baca juga: 3 Pertanyaan tentang Dana Darurat
Sebenarnya Galih sudah membangun kebiasaan keuangan yang baik dengan rutin menabung sambil melunasi utang. Namun, dengan statusnya sebagai kepala keluarga, Galih perlu menyusun tujuan keuangan dan mengelolanya untuk jangka panjang.
Saat ini dapat dibilang Galih belum mempunyai tujuan keuangan spesifik selain untuk dana darurat, investasi (yang belum terpetakan tujuannya), dan dana DP mobil. Untuk mencapainya, Galih disarankan mempertahankan pekerjaan dan gaya hidup dengan gaji yang sudah dipotong 25%.
Sehingga bila dalam waktu dekat gajinya kembali normal, Galih bisa lebih cepat mengamankan tabungan dana darurat untuk 6 bulan ke depan. Hal ini disarankan mengingat kondisi pandemi yang masih belum dapat diprediksi kapan selesainya, serta status Galih yang merupakan karyawan di industri retail yang cukup terdampak.
Sementara untuk dana DP menyicil mobil, Galih bisa mulai mengumpulkannya bila kemampuan menabung sudah bertambah—dalam hal ini berarti jika Galih bisa menyisihkan gaji lebih dari Rp1,5 juta khusus untuk menabung setiap bulannya. Keputusan ini nantinya perlu Galih kalkulasikan lagi antara kemampuan menyisihkan dana dengan target DP yang dibutuhkan.
Bila ada kesempatannya, Galih dan istrinya bisa juga mencari ide untuk berjualan, baik memproduksi sendiri produknya maupun bertugas menjadi reseller atau dropshipper. Keuntungan dari bisnis ini bisa berguna untuk mempercepat pengumpulan dana darurat dan meningkatkan kemampuan menabung Galih. Cek artikel-artikel pada website Jenius untuk mencari ide dan tips bisnis bagi pemula.
Baca juga: 6 Tips Mengembangkan Bisnis Online untuk Pemula
Membahas soal keuangan di masa-masa sulit gak akan bisa lepas dari topik dana darurat. Ini adalah tabungan dasar yang perlu dimiliki setiap individu dan juga keluarga. Agar saat kesulitan keuangan terjadi—gak cuma pandemi, tapi kesulitan lain secara umum, seperti PHK, sakit keras, dan lainnya—bertahan hidup masih bisa dilakukan.
Pengin kondisi keuanganmu atau bisnismu dicek kesehatannya oleh perencana keuangan secara gratis? Follow dan cek Instagram dan Twitter Jenius secara berkala untuk mendapatkan informasi pendaftarannya ya!
Belum punya Jenius untuk membantumu mengatur keuangan di kondisi apa pun? Download dan aktivasi sekarang.
Disclaimer: Financial checkup dilakukan terbatas pada data keuangan yang diberikan oleh responden per April 2020. Rekomendasi yang diberikan dalam financial checkup dihitung berdasarkan data tersebut dan asumsi-asumsi yang menyertainya. Adapun pelaksanaan dari rekomendasi tersebut untuk mencapai tujuan keuangan pribadinya merupakan tanggung jawab responden.