Di dalam sebuah fashion store salah satu pusat perbelanjaan besar Jakarta, Jeni (bukan nama sebenarnya) terlihat sedang mengitari store sambil bolak-balik menambah barang ke dalam kantong belanjanya.
Sembari keliling dan melihat-lihat barang, Jeni kerap bergumam dalam hati…
"Wah, dress ini lucu banget! Harus punya satu nih. Tetapi, kayaknya aku gak punya outer yang cocok sama dress ini deh. Sekalian beli outer baru kali ya?"
"Eh, handbag ini kok unik? Kalau dipikir-pikir lagi, aku belum punya tas yang cocok sama outfit yang aku ambil barusan. Beli sekalian deh!"
Secara sadar atau gak, kita sering melekatkan identitas diri pada barang yang kita punya. Pada ilustrasi di atas, terlihat bahwa Jeni ingin memiliki identitas sebagai seseorang yang fashionable.
Akibatnya, Jeni jadi terus-terusan menambah berbagai barang ke dalam keranjang belanjanya biar bisa tampil sesuai dengan identitas yang ingin dimilikinya.
Kecenderungan untuk melakukan pembelian beruntun seperti yang dilakukan Jeni ini ternyata punya istilahnya sendiri lho. Yuk, cari tau lebih lanjut mengenai efek Diderot!
Denis Diderot adalah seorang filsuf berkebangsaan Prancis. Karya Diderot yang cukup terkenal adalah Encyclopédie, salah satu ensiklopedia paling komprehensif pada tahun 1750-an yang dia tulis bersama Jean le Rond d'Alembert.
Selama hidupnya, Diderot berada dalam kondisi ekonomi yang kurang baik. Bahkan hingga usianya menginjak 52 tahun, Diderot gak bisa menyediakan perhiasan sebagai mas kawin pernikahan anak perempuannya.
Baca juga: Lakukan Financial Checklist Berikut Sebelum Menikah
Mendengar kabar tersebut, Ratu dari Rusia bernama Catherine the Great menawarkan diri untuk membeli perpustakaan milik Diderot dan meminta Diderot untuk menjadi pustakawannya dengan imbalan sejumlah uang. Berkat bantuan Catherine the Great, kondisi ekonomi Diderot pun membaik.
Gak lama setelah itu, Diderot mendapatkan hadiah berupa jubah mewah berwarna merah dari sahabatnya. Diderot dibuat terkesima dengan keindahan jubah tersebut. Lama-kelamaan dia menyadari bahwa jubah barunya gak cocok dengan barang-barang yang sudah dia miliki selama ini di rumahnya.
Diderot pun terdorong untuk membeli berbagai perabotan rumah baru—mulai dari meja, kursi, cermin, hingga karpet. Tujuannya agar rumahnya tampak sama mewahnya dengan jubah barunya. Saking gak terkontrolnya, dia sampai terlilit utang dan kembali jatuh ke dalam kesulitan ekonomi.
Cerita tentang Denis Diderot dan jubah merahnya itulah yang kemudian menjadi asal mula the Diderot effect atau efek Diderot.
Sederhananya, efek Diderot adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kecenderungan seseorang yang terus membeli barang baru—yang sering kali tidak benar-benar dibutuhkan—supaya bisa melengkapi barang yang sudah dimiliki. Karena kecenderungan ini, satu transaksi pun bisa berakhir dengan sederet transaksi lainnya.
Baca juga: Mewah: Mencicil Gaya Wah, Akibat Terpesona Tersier
Kini teman Jenius sudah aware dengan efek Diderot, kan? Sekarang, coba ingat-ingat lagi deh, pernah gak kamu...
Adakah contoh yang relate sama kamu? Atau gak ada contoh yang relate, tapi kamu jadi teringat kalau kamu pernah punya pola pembelian yang serupa dan kepikiran gimana cara mencegah efek Diderot ini biar gak terjadi lagi di kemudian hari?
Kita bisa coba mencegah terjadinya efek Diderot dengan langkah-langkah kecil berikut.
✅ Sebelum belanja online/offline, buatlah list barang yang kamu butuhkan atau impikan.
✅ Tentukan budget-nya dan mulai sisihkan uangnya pakai fitur Dream Saver di Jenius.
✅ Buat komitmen terhadap list dan budget yang sudah kamu tentukan di awal.
✅ Manfaatkan diskon dan promo di tanggal kembar seperti 6.6, 7.7, dan 8.8 supaya lebih hemat.
✅ Atur limit maksimal tiap transaksi dari kartu debit kamu lewat Card Center di aplikasi Jenius biar gak kebablasan waktu belanja.
Terakhir, belanjalah dengan mindful—selangkah demi selangkah, setelah tabungan terkumpul. Karena sebenarnya, gak ada yang salah dengan membeli barang yang kita inginkan.
Yang salah adalah keinginan gak terkontrol untuk memiliki banyak barang sekaligus dengan mengorbankan budget untuk keperluan lainnya hingga membuat keuangan kamu jadi gak sehat.
Baca juga: Ubah Transaksi yang Kamu Sesali dengan Fitur Split Pay
Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Namun, bagaimana jika banyak transaksi pembelian sudah telanjur dilakukan?
Kamu bisa menggunakan fitur Split Pay dari Jenius untuk membantumu menanggulangi akibat efek Diderot!
Fitur Split Pay memungkinkan kamu mengubah beragam transaksi yang sudah dilakukan menjadi cicilan. Dengan Split Pay, kamu akan kembali punya kendali atas transaksi yang sudah terjadi. Jadi, bisa cicil and chill~
Tombol Split Pay bisa kamu temukan melalui result widget yang muncul setelah transaksimu berhasil atau melalui halaman In & Out di aplikasi Jenius. Ikuti cara simpel berikut untuk mengubah transaksi menjadi cicilan dengan Split Pay.
Transaksi yang bisa diubah jadi cicilan pakai Split Pay adalah transaksi yang dilakukan maksimal 6 bulan yang lalu, dengan minimal transaksi Rp500.000 dan maksimal transaksi sebesar sisa limit Flexi Cash kamu.
Jadi, pastikan Flexi Cash kamu sudah aktif sebelum menggunakan Split Pay ya. Kalau belum, ajukan Flexi Cash sekarang, langsung dari aplikasi Jenius. Bila disetujui, kamu akan mendapatkan limit dana hingga Rp200 juta dengan bunga kompetitif yang bisa digunakan untuk Split Pay.
Ingin kembali punya kendali atas transaksi yang sudah terjadi?