Siapa teman Jenius yang suka traveling? 🙌🏻
Traveling sering kali jadi proses healing bagi banyak orang setelah lelah bekerja keras. Namun, tanpa disadari traveling juga melatih kemampuan kamu dalam mengelola uang.
Baik solo traveling atau group traveling bersama teman-teman, keduanya dapat melatih jadi bajik dan bijak dalam mengelola keuangan.
Yuk, kita bedah tahap persiapan traveling sesuai preferensi!
Saat traveling, perlu persiapan matang biar semuanya bisa berjalan dengan baik, terutama dalam segi keuangan. Maka dari itu, persiapan traveling bisa dibagi menjadi beberapa tahapan.
Jauh sebelum traveling, pastinya kita sudah merencanakan itinerary. Mulai dari akomodasi untuk menginap, transportasi yang dibutuhkan, hingga destinasi yang mau dikunjungi.
Perencanaan detail dan saksama ini dibutuhkan untuk melatih kamu dalam membuat anggaran tetap dan mematuhinya dengan mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang kurang penting.
Kamu juga perlu memahami prioritas apa yang dibutuhkan. Misalnya, lebih pilih menginap di hotel bintang lima tapi makan hemat, atau menginap di budget hotel tapi bisa makan di restoran Michelin Star.
Apa pun pilihanmu, perlu pastikan bahwa ini tepat untukmu sehingga kamu bisa menikmati liburan tanpa merasa khawatir akan overbudget.
Baca juga: Traveling Hemat: 8 Tips Cari Hotel Murah
Bayangkan kamu ingin mendaki Gunung Everest di Nepal. Untuk mencapai tujuan ini, tentu kamu perlu persiapan dana yang matang. Dengan begitu, kamu bisa mulai membuat target berangkat dan dana yang harus ditabung.
Misalnya, kamu menargetkan perjalanan dalam tiga tahun ke depan dan mulai menyisihkan penghasilan 10% setiap bulan secara disiplin. Hal ini secara gak langsung mengajarkan konsistensi dan kesabaran dalam mencapai tujuan besar.
Kalau kamu memutuskan untuk pergi solo traveling, kamu bisa menerapkan gaya hidup hemat dan menabung se-frugal mungkin. Namun, jika bepergian dalam grup, kamu bisa coba untuk membuat tabungan bersama, sehingga dapat saling memotivasi untuk makin semangat menabung.
Namanya juga traveling alias mengunjungi tempat baru yang belum familier, pasti ada saja kejadian gak terduga yang bakal dialami.
Seperti ketinggalan kereta, salah tanggal saat booking hotel, kehilangan dompet atau kartu debit/kredit, dan sebagainya. Dengan hal yang bersifat insidental ini justru mengajarkanmu untuk:
menyiapkan dana darurat,
beradaptasi dengan situasi dan kondisi tanpa panik dan tetap fokus pada solusi, dan
membuat keputusan cepat untuk meminimalisasi kerugian.
Baik solo traveling maupun group traveling, keduanya memberikan pengalaman berharga. Namun, ini hal-hal yang bisa kamu dapat dan pertimbangkan di antara keduanya.
Solo travel bakal mengajari kamu menghadapi berbagai situasi untuk mengambil keputusan finansial, di antaranya seperti di bawah ini.
Pentingnya merencanakan dengan detail dan terstruktur — Semua keputusan ada di tangan sendiri dan semuanya menjadi tanggung jawab pribadi.
Tanggung jawab penuh — Harus bisa menghadapi konsekuensi keuangan sendirian karena gak ada tempat untuk bergantung pada orang lain. Jika kehabisan uang, maka solusinya harus dicari sendiri.
Melatih diri jadi minimalis — Membiasakan diri untuk traveling dengan ransel, memilih penginapan hemat seperti dormitory/backpacker hotel, hingga naik transportasi umum untuk menghemat biaya.
Di sisi lain, group traveling mengajarkan kolaborasi untuk menghargai satu sama lain agar mendapat win-win solution, di antaranya seperti di bawah ini.
Mengatur anggaran dan pengeluaran bersama — Belajar membagi biaya dengan adil, berkomunikasi terbuka mengenai keuangan, serta mematuhi anggaran yang sudah ditetapkan.
Menghadapi perbedaan kebiasaan — Setiap anggota memiliki gaya traveling yang berbeda, sehingga dibutuhkan kompromi dan fleksibilitas agar perjalanan tetap menyenangkan.
Belajar berempati — Belum tentu semua orang dalam grup memiliki penghasilan, anggaran, serta prioritas liburan yang sama. Sehingga, ini akan melatih kamu untuk berempati dan menyeimbangkan antara keinginan pribadi dengan kebutuhan grup.
Jadi, baik solo traveling maupun group traveling, keduanya memberikan kesempatan untuk berlatih mengelola keuangan secara bajik dan bijak.
Bukan sekadar foto-foto cantik demi posting di media sosial, tapi juga melatih mental menghadapi tantangan keuangan selama traveling, tanpa mengorbankan proses healing.
Traveling bukan hanya tentang healing atau liburan semata. Namun, juga belajar beradaptasi di tempat baru yang sekaligus mengasah mental dan kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan, termasuk dalam tantangan finansial.
Mulai dari membuat anggaran, menabung, dan mencatat pengeluaran saat traveling sekaligus melatih kemampuan dasarmu dalam mengelola keuangan. Jika dirangkum, traveling juga mengajarkan ilmu praktis finansial berupa:
selalu mencatat pengeluaran,
menemukan solusi di waktu mendesak dengan anggaran terbatas, dan
menunda kesenangan demi menuju destinasi impian.
Traveling juga membuatmu terbiasa mengambil keputusan. Karena kelak saat berinvestasi, kamu gak bakal mudah FOMO dalam memilih saham atau instrumen investasi yang sesuai kebutuhan dan profil risikomu.
Kamu juga bisa belajar dari Fahmi Maulana mengenai solo traveling dalam video podcast Money Language Vol. 8 di sini.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, segera rencanakan agenda traveling ke destinasi impianmu!
Artikel ini ditulis oleh Ully Safitri, teman Jenius yang berprofesi sebagai Certified Financial Planner di OneShildt Financial Independence. Cek artikel dari para guest writer lainnya pada laman Blog Jenius.