Atur Cash Flow untuk Freelancer: Langkah Menuju Stabilitas Finansial

writter Budi Raharjo

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2020, jumlah pekerja freelance cukup abanyak, yaitu sekitar 33,4 juta baik di sektor pertanian maupun non-pertanian.  

Gak heran, menjadi freelancer punya banyak kelebihan seperti bebas menentukan waktu kerja, juga potensi pendapatan yang menarik karena mengikuti dengan nilai proyek yang dijalankan. Semakin besar proyek yang dijalankan, semakin besar pendapatan yang diraih.  

Bagi beberapa orang, menjadi freelancer adalah jalan mereka memperoleh pendapatan dengan melakukan hal yang dicintai. Sesuai pepatah, “If you do what you love, you’ll never work in a day in your life! 

Sounds good, right? 

Meskipun demikian, ada juga banyak tantangan secara finansial bagi freelancer terutama pada awal merintis karier. Misalnya, dibandingkan menjadi karyawan di suatu perusahaan, menjadi freelancer gak menjadikan seseorang itu mudah mendapatkan akses seperti jaminan kesehatan, pensiun, atau fasilitas kredit untuk membeli aset bernilai tinggi seperti rumah.  

Selain itu, secara penghasilan juga cukup berfluktuasi, apalagi jika reputasi dan klien belum cukup banyak. Nah, bagaimana caranya freelancer atur keuangan biar gak mengalami financial anxiety? Yuk simak 6 hal yang bisa kamu perhatikan sebagai freelancer!  

1. Perhatikan rata-rata penghasilan dalam beberapa bulan terakhir

Penghasilan freelancer memang gak selalu sama setiap bulannya. Untuk mengetahui tingkat penghasilan, maka kamu dapat membuat rata-rata penghasilan dalam 3-4 bulan terakhir.  

Dari sana, kamu bisa tau penghasilan yang bisa digunakan sebagai acuan dalam penyusunan anggaran. Perhatikan juga penghasilan bulan apa yang biasanya memuncak, dan penghasilan bulan apa yang paling rendah.  

2. Cek rata-rata pengeluaran

Jangan lupa, pastikan pengeluaran telah dicatat dengan saksama dan dikelompokkan dalam kategori pengeluaran rutin, baik bulanan maupun tahunan. Dari sana kamu bisa memantau pada bulan apa pengeluaran mengalami peningkatan, atau penurunan dari rata-rata tersebut. 

Waspadai juga apabila ada bulan yang mengalami kenaikan pengeluaran tapi penghasilan cenderung tetap atau bahkan turun. Jangan sampai kamu mengalami masalah keuangan saat pengeluaran naik cukup tinggi dibarengi dengan penghasilan yang turun drastis!

3. Siapkan dana khusus untuk mengantisipasi fluktuasi pengeluaran bulan ke bulan

Kalau kamu ada kelebihan rezeki pada bulan-bulan tertentu, sisihkan untuk mengantisipasi saat bulan-bulan yang sedang sepi sedangkan pengeluaran inti tetap harus dikeluarkan. Kamu bisa menempatkannya dalam rekening terpisah biar gak tercampur.

4. Miliki rekening dana darurat dan asuransi

Kadang kala kita memiliki pengeluaran gak terduga yang gak terprediksi. Misalnya, kamu mungkin harus bawa hewan peliharaanmu ke dokter, atau sekadar perbaikan alat-alat kantor yang tiba-tiba gak berfungsi. 

Untuk risiko biaya kesehatan, pastikan kamu memiliki asuransi kesehatan, minimal punya BPJS Kesehatan. Biaya berobat sekarang gak murah, dan kalau ada pengeluaran kesehatan kita harus punya jaring pengaman yang pasti bisa melindungi keuangan kita.  

Memang benar punya asuransi bertujuan untuk mendapat fasilitas kesehatan, tapi bukan berarti kita ingin menggunakan fasilitasnya. Lagi pula gak ada seorang pun yang ingin sakit, kan? Tapi kalau risiko terjadi, kamu gak perlu keluar uang dari kocek sendiri atau amit-amit sampai pinjam sana-sini.  

5. Pisahkan rekening untuk usaha dan pribadi

Hal ini juga termasuk hal yang penting. Ketika menjadi freelancersebenarnya tanpa kamu sadari kamu adalah pebisnis; yang mana mengharuskan kamu untuk bisa memisahkan antara keuangan usaha dan keuangan pribadi. Dengan demikian kamu jadi tau berapa keuntungan bersih, modal, dan biaya operasional untuk menjalankan bisnis. 

Suatu saat, kamu akan mengembangkan usaha lebih serius lagi, maka kamu pun bisa memiliki gambaran perjalanan usaha kamu. Pemisahan rekening ini juga penting untuk keperluan perpajakan apabila diminta.  

6. Sisihkan keuntungan pendapatan sebagai freelancer untuk pengembangan diri

Kalau kamu bergerak sebagai freelancer di bidang jasa, maka jangan lupa menyisihkan keuntungan untuk meningkatkan keahlian dan menciptakan spesialisasi, belajar personal branding, teknik negosiasi dan penjualan, serta biaya untuk menjaga stamina dan kesehatan.  

Yang disebutkan di atas adalah pengeluaran-pengeluaran yang akan berkontribusi pada pemasukan dan peningkatan value diri. Kembangkan jaringan pertemanan, siapa tau dari pertemanan itu muncul berbagai peluang atau ide bisnis lainnya yang menjanjikan.  

Ketika sudah menjalankan 6 hal tersebut, nyaris bisa dipastikan kamu sudah dengan benar mengelola keuangan kamu sebagai freelancer.

Selain itu, yang gak kalah penting sebagai freelancer adalah mindset bahwa menjadi freelancer bisa kamu kembangkan menjadi bisnis besar yang mungkin bisa menyerap banyak tenaga kerja di masa yang akan datang dan menjadi ladang rezeki untuk orang banyak.  

Semangat berjuang, teman Jenius!   


Artikel ini ditulis oleh Budi Raharjo, teman Jenius yang berprofesi sebagai Certified Financial Planner, juga Founder & Konsultan Perencanaan Keuangan OneShildt Financial Independence. Cek artikel dari para guest writer lain pada laman Blog Jenius.

Artikel lainnya