Pembahasan tentang dana darurat gak ada habisnya, terlebih di saat-saat genting seperti ketika pandemi COVID-19 terjadi. Dana darurat yang selalu disebut para perencana keuangan ini, terkesan gak penting ya. Apalagi ketika krisisnya belum terjadi.
Sementara saat ini, ketika sudah mulai muncul prediksi dan tanda-tanda adanya pelemahan ekonomi, akhirnya banyak yang sadar bahwa keberadaan dana darurat sangatlah penting.
Kamu sudah punya dana darurat? Kalau baru mau mulai mengumpulkan, gak masalah kok. Gak ada kata terlambat. Selama masih punya penghasilan, kamu bisa kejar setoran untuk memenuhi kebutuhan dana darurat.
Baca juga: Mengapa Setiap Orang Harus Memiliki Dana Darurat
Pada artikel-artikel Money Talks, Jenius cukup sering membahas mengenai dana darurat. Kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan lebih detail mengenai dana darurat yang disampaikan para teman Jenius.
Cek yuk, apa saja 3 pertanyaan tentang dana darurat dari teman Jenius.
Dalam kondisi normal dan ideal, dana darurat yang disarankan adalah 3-12 kali pendapatan, tergantung profil tiap individu. Teman Jenius yang masih single, sebaiknya punya dana darurat minimal 3 kali pendapatan. Lalu teman Jenius yang sudah menikah dan punya anak, disarankan memiliki dana darurat minimal 6 kali pendapatan.
Namun, saat terjadi pandemi seperti ini, saat ada urgensi ngumpulin buat yang belum mulai, kamu bisa kumpulkan mulai dari 3 kali pengeluaran primer sebagai pengganti angka pendapatan. Karena yang penting bisa hidup serta membayar kewajiban. Saat terdesak, budget tabungan dan investasi dapat ditangguhkan untuk sementara.
Baca juga: Persiapkan Keuangan untuk Kejadian Terburuk
GAK BOLEH. BIG NO.
Dana darurat harus disimpan pada tabungan atau produk lain yang likuiditasnya tinggi. Peer-to-peer lending dan saham yang disebutkan, bersifat gak pasti. Sementara pada saat krisis, semua orang butuh yang pasti-pasti saja.
Mengenai peer-to-peer lending, ingat bahwa investasi ini mengharapkan imbal hasil dari UMKM yang menjalankan bisnis. Sementara, sayangnya, pada kondisi seperti ini, semua usaha sedang sulit bahkan untuk sekadar bertahan. Gak mau dong dana darurat kamu mandek karena kamu pinjamkan? Belum lagi ada kemungkinan terburuk berupa gagal bayar.
Kemudian mengenai saham, fluktuasi investasi satu ini sangatlah tinggi. Investasi saham selalu disarankan menggunakan uang dingin, uang yang gak ada rencana untuk dipakai dalam jangka panjang. Jangan korbankan dana darurat yang berharga ke pasar saham yang saat pandemi pun kondisinya ikut gak menentu.
Menyimpan dana darurat dalam mata uang asing lebih disarankan untuk kamu yang punya home currency berbeda. Misalnya, kamu mendapat gaji dalam bentuk USD, tapi kerja di Indonesia. Maka, home currency-nya adalah dolar Amerika dan rupiah.
Menurut perencana keuangan Ligwina Hananto, kebanyakan orang gak memerlukan dana darurat dalam bentuk mata uang asing. Tapi kalau memang mau diversifikasi, boleh saja simpan dalam bentuk dolar Amerika atau dolar Singapura.
Sementara itu untuk logam mulia, perencana keuangan Metta Anggriani menyarankan hal ini. LM punya sifat likuid, tapi dengan akses terbatas. Sehingga buat kamu yang mengaku “sudah sering menabung, tapi sering terpakai lagi”, sifat ini menarik untuk pertahanan diri.
Selain itu, harga LM terkontrol cukup baik, mudah dijual, dan saat ini terbukti sedang menguat—tepat saat dibutuhkan. Namun, harga beli dan jual perlu diperhatikan. Karena jika dibeli saat sedang mahal-mahalnya, rasanya kurang strategis dan gak menguntungkan.
Baca juga: Lima Kejadian yang Memperbolehkanmu Menggunakan Dana Darurat
Teman Jenius masih punya pertanyaan lain tentang dana darurat? Atau kamu punya pertanyaan mengenai topik keuangan lainnya? Jangan ragu untuk mention @JeniusConnect di Twitter dan Instagram ya. Secara reguler, Jenius akan merangkum dan menjawabnya untukmu.
Belum punya Jenius untuk menyimpan dana daruratmu? Download dan aktivasi sekarang.